Wednesday, February 29, 2012

29 Februari 2012

Tahun ini tahun kabisat. Hari ini tanggal 29 Februari, tanggal yang hanya muncul setiap empat tahun sekali.

Saya suka tanggal 29 Februari karena dengan munculnya tanggal ini, bulan Februari dapat berlalu lebih lama sehari dari biasanya.

Bulan ini istimewa. Ia bulan kedua, bulan kabisat, ia genap, namun 29 bukan angka yang genap. Lalu? Takada lalu.

Selamat datang hai kamu 29 Februari. Hari ini usiamu 503 tahun. Semoga kamu menjadi penutup yang manis bagi Februari. Mari kita berjumpa empat tahun lagi, dengan harapan yang baru dan rasa manis yang baru. Selamat tiba, 29 Febuari.

Dan akhirnya Februari ini masih bukan tentang aku. Aku masih berjalan bersama detik waktu, dalam sepi resah angin sore.

Thursday, February 23, 2012

Cinta dan Sayang ituuu...


Cinta datang dari mata, baru masuk ke hati. Sedangkan sayang datang dari hati dan memancar lewat mata.

Cinta dan sayang apa bedanya? Jika kita merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, ternyata arti cinta dan sayang itu kurang lebih sama, suka sekali, amat suka akan ... Jika kita menerjemahkan dua kata itu dalam bahasa Inggris, kata yang dihasilkan akan sama, love. Tapi hidup tidak hanya berdasarkan kamus bukan? Apalagi cinta dan sayang selalu menyangkut masalah hati. Dan hati lebih dekat pada perasaan.

Siapa yang tidak punya rasa cinta dan sayang? Setiap manusia yang mempunyai hati pasti pernah merasakan kedua rasa itu. Sekecil apa pun itu.

Bagi saya rasa sayang sifatnya lebih permanen dibandingkan rasa cinta. Sayang hanya bisa tumbuh tanpa kita paksakan, sedangkan cinta dapat ditanamkan, ditumbuhkan, diperbaharui, dan dapat dihilangkan. Cinta lebih rumit dari sayang.

Ketika kita memandang seseorang, kita tahu kita jatuh cinta padanya. Tapi kita belum tentu akan menyayangi orang itu. Cinta datang dari mata, baru masuk ke hati. Sedangkan sayang datang dari hati dan memancar lewat mata.

Kita mengenal cinta monyet, cinta pada pandangan pertama, patah hati karena cinta, tapi tidak mengenal sayang monyet, sayang pada pandangan pertama, dan patah hati karena sayang. Agaknya akan lucu jika kita mengatakan sayang monyet pada orang pertama yang kita sukai :P

Bisa jadi karena penggunaan ungkapan itu membuat kita membedakan cinta dan sayang. Cinta tidak abadi dan sayang lebih abadi. Cinta lebih pada perasaan kita kepada lain jenis (gebetan, pacar, dan sebagainya) dan sayang lebih pada perasaan kita pada banyak hal, pada orang tua, pada bunga, pada guling, pada apa pun lainnya.

Saya pikir cinta lebih dua arah dan sayang lebih satu arah. Jika kita mencintai seseorang, kita mengharapkan dia juga akan mencintai kita. Sedangkan jika kita menyayangi seseorang, kita tidak akan pamrih pada orang itu.

Cinta itu ibarat cicak. Jika ekornya putus, ia butuh sebuah kesabaran agar bisa tumbuh kembali. Dan sayang itu ibarat bunga matahari, ia akan senantiasa menemani matahari sampai matahari tidur di sebelah barat dan menunggunya terbangun di sebelah timur.

Apa pun perbedaan cinta dan sayang tersebut, bagi saya mereka tidak akan indah jika tidak digabungkan bersama. Kedua rasa itu diciptakan agar manusia semakin bahagia dan dapat melihat lebih jelas bahwa ternyata dunia lebih indah daripada yang mereka bayangkan.


SuckSeed



Menonton film yang sasarannya remaja itu kadang bisa jadi alternatif yang menyenangkan loh. Apalagi kalau filmnya tentang cinta dan persahabatan. Bikin saya ketawa-ketawa sendiri.

Film yang saya tonton kali ini adalah film dari Thailand. Judulnya SuckSeed. Film ini sederhana, mengisahkan perjalanan hidup Ped dari ia kecil sampai ia menjadi sedikit lebih tua dari remaja.

Pelajaran menyanyi adalah pelajaran yang paling tidak Ped senangi ketika SD. Ped sampai berkeringat ketika ia disuruh bernyanyi di depan kelas. Ia tidak bisa mengingat satu kata pun dari lagu yang dinyanyikan. Dan Ern pun memberi bantuan pada Ped. Sayangnya, meskipun lirik lagu yang diberitahu Ern benar, Ped tidak bisa menyanyikannya dengan nada yang benar. Meledaklah seluruh murid dalam tawa.

Pulang sekolah, ibu guru menyuruh Ped memberitahu Ern bahwa neneknya sudah datang menjemput. Sambil menuju gerbang, Ern memberikan sebelah earphones-nya kepada Ped. Lagu yang diputar adalah lagu kesukaan Ern. Lagu-lagu itu disimpan dalam sebuah kaset dan dimainkan dalam sebuah walkman. Ern pun meminjamkan kaset itu kepada Ped dan menyuruhnya untuk mengembalikan secepatnya karena Ern akan pindah ke Bangkok.

Di kamarnya, Ped langsung memutar kaset Ern. Bahkan ia belum melepas sepatu dan menaruh tas sekolahnya. Ia pun berpikir akan merekam lagu yang tadi siang tidak dapat ia nyanyikan di sekolah dalam kaset Ern itu.

Ern pergi ke rumah Koong, sahabatnya. Koong memiliki sebuah gitar dan Ped bermaksud meminjamnya. Ia ingin belajar bermain gitar agar bisa menyanyikan lagu yang diinginkannya.

Selesai merekam, Ped memacu sepedanya ke rumah Ern. Rumah Ern adalah sebuah toko musik dan sudah tutup ketika Ped tiba di sana. Ped pun menelepon. Ayah Ern yang mengangkatnya dan berkata bahwa Ern sudah tidur. Ayah Ern marah karena Ped tidak tahu aturan menelepon Ern malam-malam. Ia bertanya siapa nama Ped dan Ped menjawab namanya adalah Koong.

Ern pindah ke Bangkok dan Ped tidak berani mengembalikan kaset Ern. Ia tidak berani memberitahu bahwa ia menyukai Ern.

Waktu berlalu dan mereka pun sudah SMA.

Adegan dimulai di halaman sekolah. Ada sebuah band yang sedang tampil. Lalu ada Ped dan Koong yang sedang asyik menonton. Ternyata band itu adalah band Kay, kembaran Koong.

Koong melihat ke sekeliling, mencari murid wanita yang cantik. Tidak berapa lama ia menemukannya. Tapi hanya sebatas itu. Koong tidak berkenalan dengan murid perempuan itu.

Tersebar berita bahwa ada murid perempuan yang baru pindah ke sekolah itu. Tidak disangka ternyata murid itu adalah Ern.

Koong membentuk sebuah band bersama Ped dan Ex. Koong pada gitar dan vokal, Ped pada bass, dan Ex pada drum. Mereka ingin mengalahkan band Kay pada acara Hot Wave Awards, ajang bergengsi untuk anak sekolah. Ern yang bisa bermain gitar pun diajak bergabung.

Konflik dimulai ketika ternyata Koong menyukai Ern. Ketika Koong memberitahu Ern, Ern berkata bahwa jangan lagi Koong berkata seperti itu. Koong patah hati dan Ern keluar dari band itu kemudian bergabung dengan band Kay. Band Koong tidak patah semangat, mereka terus berusaha membuat lagu cinta yang menjadi persyaratan lomba itu.

Ped berhasil membuat sebuah lagu. Suatu hari ia mengembalikan sejumlah kaset yang dipinjamnya dari Ern, termasuk kaset yang dipinjamnya waktu SD. Ern menelepon Ped dan bertanya apakah Ped menyukai Ern. Ped bilang ia dulu menyukai Ern, tapi sekarang sudah tidak lagi.

Karena menyesal tidak mengakui kejujurannya, Ped pergi ke rumah Ern dan menyanyikan lagu ciptaannya di depan rumah Ern. Ern pun berkata bahwa ia juga menyukai Ped. Sejak saat itu mereka menjadi sepasang kekasih.

Band Koong masuk nominasi 20 besar. Acara lomba dimulai. Band Koong tampil setelah band Kay dan tidak disangka ternya Ern menyanyikan lagi ciptaan Ped. Koong marah karena ternyata Ped memberikan lagu itu untuk Ped dan Koong marah karena Ped tidak memberitahu bahwa ia juga menyukai Ern. Persahabatan mereka usai sampai di situ. Hubungan Ped dengan Ern juga berakhir.

Setahun-dua tahun kemudian, mereka mengadakan reuni di sekolah. Band Kay dan Ern, Arena, sudah sukses. Ped bertemu Ern dan meminta tanda tangan Ern pada CD Arena yang Ped beli. Ern menuliskan bahwa ia rindu pada masa-masanya bersama Ped.

Koong juga hadir, namun Koong dan Ped tidak bertegur sapa. Sampai akhirnya, ketika acara berakhir, Ped naik ke atas panggung dan mengambil bass lalu bernyanyi lagu yang tidak selesai mereka bawakan dulu di Hot Wave Awards. Akhirnya mungkin dapat kalian tebak. Ya, Koong dan Ex pun mengambil posisi masing-masing dan menyanyikan lagu itu bersama-sama.

Yang jelas ditampilkan dalam setiap perjalanan Ped adalah alat untuk mendengarkan lagu. Ketika SD Ped mendengarkan walkman. Ketika SMA Ped mendengarkan diskman. Dan ketika reuni ped mendengarkan mp3 player. Perubahan umur diikuti dengan perkembangan teknologi.

Ceritanya ringan, banyak hal yang bisa ditebak ketika menontonnya. Tapi karena cerita yang ringan itulah yang membuat saya tersenyum-senyum ketika menontonnya. Film ini ditayangkan tahun kemarin. Berarti kisah percintaan masa remaja memang tidak jauh beda dari tahun ke tahunnya. Ada sedikit banyak pertentangan antara cinta dan persahabatan. Rasanya memang lucu sekali, bagi seumuran saya, jika mengingat-ingat hal itu. Terlebih saya tidak akrab dengan bahasa Thailand, sehingga mendengarnya saja kadang membuat saya tertawa :P

Tidak ada salahnya jika kadang-kadang kita menonton film-film remaja seperti ini. Lumayan untuk menyegarkan pikiran. Selamat menonton :)

Wednesday, February 22, 2012

Ronggeng Dukuh Paruk - Ahmad Tohari

Judul  : Ronggeng Dukuh Paruk
Penulis : Ahmad Tohari
Isi : 408 halaman
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Novel ini merupakan gabungan dari trilogi Ronggeng Dukuh Paruk yang terdiri dari Catatan buat Emak, Lintang Kemukus Dinihari, dan Jantera Bianglala. Novel ini menceritakan tentang kehidupan seorang ronggeng yang baru, Srintil, di sebuah desa yang bernama Dukuh Paruk. Sudah sekian lama di Dukuh Paruk tidak terdengar suara-suara calung dan ronggeng. Dan Dukuh Paruk bukanlah Dukuh Paruk tanpa adanya suara calung dan ronggeng. Dukuh Paruk hanya lengkap bila di sana ada keramat Ki Secamenggala, ada seloroh cabul, ada sumpah serapah, dan ada ronggeng bersama perangkat calungnya. Akhirnya Sakarya mengetahui bahwa indang ronggeng telah masuk ke dalam tubuh cucunya itu.
           
Dalam buku pertama, Catatan Buat Emak, merupakan awal mula bangkitnya seorang ronggeng Dukuh Paruk. Di samping tokoh Srintil, ada juga tokoh Rasus yang menjadi tokoh utama di buku pertama ini. Rasus, sama seperti kebanyakan anak-anak Dukuh Paruk, seorang anak laki-laki yatim-piatu. Mereka menjadi yatim-piatu karena musibah yang terjadi dulu. Musibah keracunan tempe bongkrek.

Dalam buku ini dikisahkan bagaimana Rasus merindukan sosok seorang emak. Dia akhirnya membayangkan sosok itu dalam tubuh Srintil dan lama kelamaan sosok emak itu sangat melekat pada tubuh Srintil. Sehingga ketika Srintil akan diangkat menjadi ronggeng, Rasus tidak menerimanya karena Srintil akan menjadi milik masyarakat, bukan menjadi miliknya lagi.

Berbagai cara Rasus upayakan agar Srintil mau berteman lagi dengannya. Dengan memberikan sebuah keris yang merupakan pusaka keluarganya, Rasus mendapatkan apa yang diinginkannya. Serintil menjadi temannya lagi. Malah, syarat bukak-klambu, syarat terakhir agar resmi menjadi ronggeng, Srintil berikan kepada Rasus.

Rasus dengan bayangan-bayangan emaknya pergi meninggalkan Dukuh Paruk dan bekerja di desa Dawuan. Rasus selalu bertanya dalam hatinya  apakah emaknya itu sudah meninggal atau masih hidup dan tinggal bersama mantri yang telah menyelamatkan hidupnya. 

Di sana dia akhirnya bekerja pada markas tentara di bawah kepemimpinan Sersan Slamet. Sosok kehidupan emaknya itu sangat menghantui Rasus, hingga pada akhirnya meledak pada saat perburuan bersama Sersan Slamet. Ketika para tentara tertidur, Rasus mengambil bedil dan menempatkan sebongkah batu cadar di atas sebuah tonggak kayu. Dengan pisau, Rasus mengukir batu itu menjadi sesosok wajah yang mirip mantri yang dibayangkannya. Lalu dengan hati-hati, Rasus mengambil jarak dan memastikan bahwa bedil tidak akan salah sasaran. Rasus menembak bongkahan batu itu. Dia tidak mempedulikan bertapa kerasnya suara bedil sehingga membangunkan Sersan Slamet dan bawahannya. Rasus merasa puas telah membunuh mantri yang telah mengambil ibunya itu. Mantri itu telah mati dan tidak bisa membawa emak, sehingga Rasus bisa membawa pulang kembali emaknya. Rasus sangat merindukan sosok emak. Dia selalu berharap emaknya bisa kembali, dan dia bisa menyebut kata “Emak” seperti anak-anak yang lain memanggil emaknya.

Dalam suatu insiden perampokkan membawa Rasus kembali ke Dukuh Paruk dan berhasil menjatuhkan perampok yang sedang beraksi. Hal tersebut mempertemukan kembali Rasus dengan Srintil. Rasus kembali ke rumahnya, tempat ia tinggal bersama neneknya yang sudah sangat renta. Srintil pun menemani. Keesokan paginya, saat penduduk masih terlelap, Rasus pergi meninggalkan Dukuh Paruk.

Dalam buku ke dua, Lintang Kemukus Dinihari, diceritakan bagaimana terpukulnya Srintil setelah kepergian Rasus. Srintil tidak mau lagi menjadi ronggeng dan tidak mau lagi melayani pria mana pun. Dia sangat menyayangi Rasus, namun di sisi lain dia kecewa mengapa Rasus pergi meninggalkannya. Hal yang bisa membuat Srintil bahagia hanyalah Goder, bayi sahabatnya.

Akhirnya dengan berbagai pertimbangan, Srintil menerima tawaran manggung pada acara Agustusan. Srintil tidak enak hati melihat kemelaratan keluarga Sakum karena tidak adanya pemasukan. Srintil sadar bahwa dia menjadi tulang punggung banyak orang.

Meskipun ada gangguan, tapi Srintil tetap memukau para pengunjung dan tawaran mulai berdatangan seperti tawaran Sentika untuk menjad gowok anaknya, Waras. Awalnya Srintil menolak, tapi setelah melihat sosok Waras, Srintil menerimanya. Selama menjadi gowok, Srintil belajar bahwa tidak semua pria seperti pria-pria yang dijumpainya selama ini. Waras sangat berbeda dan muncul kasih sayang di antara mereka.

Kehidupan Dukuh Paruk berubah sejak masuknya partai yang dipimpin oleh Bakar. Pementasan diadakan pada setiap rapat yang diadakan oleh Bakar. Pementasan ronggeng mulai berubah. Banyak hal terjadi sampai akhirnya membawa Dukuh Paruk di ambang kehancuran. Dukuh Paruk dibakar dan Srintil dipenjara karena telah dianggap pemberontak seperti Bakar. Kejadian itu membuat Dukuh Paruk jatuh. Namun tidak lama, karena Dukuh Paruk merupakan desa yang kuat dalam keterasingannya itu.

Dalam buku ketiga, Jantera Bianglala, dimulai dengan kerinduan Rasus terhadap Dukuh Paruk dan neneknya. Setelah mendapatkan izin, Rasus kembali ke Dukuh Paruk dan sedih ketika melihat Dukuh Paruk semakin hancur dan terlebih ketika nenek yang ditinggalkannya itu ternyata telah meninggal.

Rasus, sebagai anak Dukuh Paruk sekaligus seorang tentara, menjadi harapan besar bagi Sakarya untuk bisa menemukan keberadaan Srintil. Sebuah perjalanan yang panjang dan tidak mudah, tetapi pada akhirnya Rasus bisa menemukan Srintil, meski Srintil sudah jauh berubah.

Srintil yang dibebaskan tetap harus melaporkan dirinya setiap minggu di desa Dawuan. Orang-orang Dawuan telah mengetahui bahwa Srintil adalah bekas tahanan. Pandangan masyarakat pun berubah. Tadinya mereka sangat menghargai Srintil sebagai seorang ronggeng, namun sekarang malah mencibir dan menghina. Hal ini membuat Srintil memutuskan untuk menjadi wanita biasa dan berhenti menjadi seorang ronggeng.

Lalu Srintil mengenal Bajus, seorang laki-laki Jakarta yang sedang berkerja di proyek dekat Dukuh Paruk. Bajus tidak seperti pria-prtia lain yang datang pada Srintil. Bajus dianggap sopan dan tidak meminta hal yang aneh. Srintil merasa dihormati sebagai perempuan dan ia menaruh harapan-harapan terhadap sosok Bajus. Sejak lama Srintil memimpikan akan menajadi seorang istri dan ibu yang baik dan mimpi itu ia yakinkan pada Bajus.

Namun semua terbongkar. Ternyata Bajus menjual Srintil kepada pemimpinnya. Hal ini membuat Srintril depresi. Semua harapannya sirna. Srintil hilang ingatan dan berubah menjadi sosok yang lain.

Kemudian Rasus kembali ke Dukuh Paruk dan menemukan bahwa Srintil sudah berubah menjadi sesorang yang sudah tidak berniat hidup. Dia merasa sangat bersalah. Seandainya Rasus mengikuti saran Sakum, maka tidak akan begini jadinya. Dan akhirnya, Rasus membawa Srintil untuk berobat dan berjanji akan menikahi Srintil apa adanya.

Novel ini sangat menarik untuk dibaca. Banyak hal yang bisa dipelajari dari novel ini. Bertemakan kehidupan masyarakat kecil dalam mempertahankan hidup. Banyak unsur kebudayaan yang ditanamkan dalam buku ini.

Novel ini mengenalkan pada kita adanya sebuah tarian adat di Dukuh Paruk. Menjadi seorang ronggeng pun tidak mudah. Srintil harus mengikuti berbagai upacara  syarat, dan ritual agar bisa sah menjadi seorang ronggeng. Lalu setiap kali akan mengadakan pementasan, selalu diberikan sesaji untuk menghormati para leluhur. Selain itu, dalam buku ini diceritakan bagaimana orang-orang Dukuh Paruk sangat menghormati dan menjaga makan Ki Secamenggala yang diyakini sebagai asal-muasal orang-orang Dukuh Paruk. Rasa kekeluargaan dalam Desa itu pun sangat tampak. Mungkin karena mereka percaya bahwa mereka berasalah dari satu moyang yang sama, yaitu Ki Secamenggala.

Novel ini juga mengisahkan bagaimana semarakanya pemerintahan pada zaman itu. Meskipun sudah merdeka, namun Dukuh Paruk tidak mengerti apa itu kemerdekaan. Hal itu dapat dilihat ketika pementasan Agustusan di desa Dawuan. Para petinggi berpidato tentang kemerdekaan tapi masyarakat Dukuh Paruk tidak mengerti apa yang mereka biacarakan. Ternyata kemerdekaan Indonesia tidak sampai ke telinga desa-desa yang terpencil seperti Dukuh Paruk.  Tetap ada kebodohan dan kemiskinan di sana.

In Time



Bukan uang yang dibutuhkan di dunia itu, tapi waktu. Bisa jadi tepat kata sebuah pribahasa “Waktu adalah uang”. Setiap manusia mempunyai jam hidupnya masing-masing. Mereka dapat jelas melihat di lengan kiri masing-masing. Cahayanya hijau stabilo. Mereka pun bekerja, upahnya waktu bukan uang.

Konsep waktu hidup itulah yang diangkat dalam film In Time (2011). Tokoh utama film ini adalah Will Salas yang diperankan oleh Justin Timberlake. Will hidup bersama ibunya, Rachel (Olivia Wilde), yang hari itu genap berusia 50 tahun. Mereka hidup di daerah bernama Ghetto, tempat orang-orang miskin waktu.

Ketika berkunjung dalam sebuah bar, Will bertemu dengan Henry Hamilton. Henry memiliki sisa waktu hidup satu abad, waktu yang sangat banyak dan itu membuatnya menjadi orang terkaya di Ghetto. Will menasihati Henry agar segera pergi dari tempat itu karena banyak orang yang ingin mencuri waktunya. Benarlah, taklama kemudian masuk segerombolan pencuri waktu.

Will tidak menyangkan bahwa menyelamatkan Henry akan mengubah hidupnya. Percakapan singkat dengan Will membuat Henry sadar ia telah menyia-nyiakan hidupnya. Ia pun memberikan seluruh sisa hidupnya pada Will. Dengan detik-detik terakhir, Henry duduk di pinggir jembatan dan ‘deg’ jantungnya berhenti tepat ketika waktu menujukkan angka nol.


 Will memberikan waktu sepuluh tahun kepada sahabatnya, Borel (Johnny Galecki). Ia pun menunggu ibunya di tempat yang mereka sepakati. Tapi kesedihan ternyata menunggu Will. Ibunya tidak dapat membayar tarif bus. Tarif bus malam itu dua jam sedangkan waktunya hanya sisa satu setengah jam. Dengan berlari, Rachel menuju anaknya. Tapi waktunya habis, jantungnya pun berhenti berdetak.

Banyak orang yang mati kehabisan waktu karena tiap hari semua tarif naik. Pajak di mana-mana pun naik. Yang miskin akan cepat mati, sedangkan yang kaya akan hidup abadi. Termasuk Rachel, setelah melunasi beberapa hutang, malam itu ia kehabisan waktu. Bahkan untuk berlari pun tidak bisa tepat waktu.

Setelah kematian ibunya, Will memutuskan pindah ke New Grenich, tempat para orang kaya waktu. Ia ingin mencuri waktu orang-orang kaya itu. Will dendam karena orang-orang itu kaya di atas penderitaan banyak orang. Perjalanan ke sana pun memerlukan biaya waktu satu tahun.

Will tidak dapat beradaptasi dengan cepat. Di Ghetto semua berjalan cepat. Ia harus berlari jika tidak ingin kehabisan waktu. Namun di New Grenich, setiap orang punya banyak waktu. Segalanya berjalan lambat. Tidak usah lari terburu-buru, waktu mereka sangat banyak.

Ketergesaannya membuat ia diperhatikan oleh Sylvia Weis (Amanda Seyfried). Ternyata Sylvia merupakan anak dari Philippe Weis (Vincent Kartheiser), seorang pengusaha yang memiliki banyak sekali waktu. Will bertemu dengan Philippe di sebuah kasino dan menang banyak dari Philippe.

Di pihak lain ada Raymond Leon (Cillian Murphy), penjaga waktu yang mengejar Will. Raymond beranggapan bahwa Will telah mencuri waktu dari Henry. Ketika pesta di rumah Philippe, Raymond membekuk Will dan menyita waktunya hingga tersisa dua jam.

Will menculik Sylvia, membawanya kabur kembali ke Ghetto. Dalam perjalanannya mereka bertemu dengan pencuri waktu. Mencuri banyak dari Sylvia. Dan Will pun menyelamatkan hidupnya.

Singkat cerita, Sylvia sadar bahwa banyak orang yang sangat memerlukan waktu. Banyak yang hanya memiliki waktu untuk satu hari. Dan dalam satu hari pun mereka bisa melakukan banyak hal. Hal-hal itu tidak pernah ia temui dalam kehidupan mewahnya. Sylvia bahkan mencuri dari brankas ayahnya sendiri. Waktu sebanyak satu juta tahun. Dan waktu yang ia curi itu kemudian ia bagikan kepada orang-orang.

Sylvia hidup sebagai pencuri bersama Will. Mereka terus mencuri dan membagikan waktu kepada yang membutuhkan. Yah, kurang lebih seperti kisah Robbin Hood lah :P


Orang-orang Proyek - Ahmad Tohari

Orang-orang Proyek karya Ahmad Tohari berkisah tentang kegelisahan Kabul, seorang insinyur, saat menjadi pelaksana pembangunan jembatan Cibawor. Kabul ingin pembangunan jembatan itu sesuai dengan standar yang dipelajarinya di bangku kuliah, namun nyatanya praktik tidak sejalan dengan teorinya.

Banyak terjadi penyimpangan selama berlangsungnya proyek ini. Berbagai material dibeli jauh dari standar. Kayu-kayu dan kantong-kantong semen berpindah tangan. Uang mengalir taktentu arah dan Kabul tidak bisa berbuat apa-apa.

Pembangunan jembatan ini pun tidak lepas dari pengaruh politik. Pembuatannya harus cepat, agar dapat diresmikan ketika HUT partai GLM (Golongan Lestari Menang). Partai ini sedang berkuasa, atau mungkin memaksa untuk berkuasa pada masa itu. Pembangunan jembatan ini pun merupakan salah satu cara untuk menarik perhatian warga.

Kabul yang dulu merupakan aktivis di kampusnya, yang giat menentang ketidakadilan dan koruptor tidak dapat berbuat banyak. Puncaknya, karena idealismenya, Kabul pun mengundurkan diri dari proyek itu. Sudah terlalu banyak hal yang tidak dapat ditoleransi oleh dirinya. Uang rakyat dihamburkan dengan tidak layak, bahkan tidak menghasilkan apa pun yang bermanfaat bagi rakyat.

Kabul kecewa pada sahabat semasa kuliahnya, teman aktivisnya yang menjadi kepala desa itu, Basar. Basar yang semasa mudanya berdiri di garis depan bersama Kabul ternyata tidak pula dapat berbuat apa-apa dalam kehidupan nyata. Basar takut jika ia tidak mendukung GLM, posisinya sebagai kepala desa dapat dilepas.

Kabul kecewa pula pada seniornya yang pula menjadi atasan Kabul, Dalkijo. Padahal Dalkijo merupakan insinyur dengan satu almamater dengan Kabul. Kisah hidupnya pun takjauh beda, berangkat dari kemiskinan menjadi insinyur. Namun Dalkijo merasa ‘permainan proyek’ itu sah-sah saja. Jika jembatan itu hancur dalam waktu satu-dua tahun, itu malah merupakan keuntungan baginya karena kelak ia akan mendapatkan proyek perbaikan. Uang akan mengalir pula ke kantongnya.

Selain itu, Ahmad Tohari menyisipkan kisah asmara dalam novel ini. Wati, satu-satunya perempuan dalam proyek ini jatuh cinta pada Kabul. Wati tadinya sudah punya pacar, namun yang namanya jatuh cinta siapa dapat menahannya. Kabul tidak mau menggangu pacar orang. Dia pun beberapa kali menjaga jarak pada Wati. Tapi kenyataan berkata lain, Wati putus dengan pacarnya. Pada akhirnya Wati akan menjadi istri Kabul.

Dikisahkan pula kehidupan buruh bangunan dan tukang-tukang yang bekerja dalam proyek itu. Mereka kebanyakan berasal dari desa setempat. Pemuda-pemuda yang putus sekolah, menjadi buruh untuk dapat membiayai kehidupan satu keluarga.

Kiranya kisah yang mengambil wajah Orde Baru ini masih sangat familiar di masa sekarang. Siapa yang tidak dekat dengan korupsi? Berita belakangan ini berkoar-koar tentang masalah itu. Tidak usah terlalu jauh memandang, bahkan mungkin di sekitar kita pun mereka ada di mana-mana.

“Mereka, orang-orang proyek, baik dari pihak pemilik maupun pemborong, sama saja. Mereka tahu dan sadar akan kegilaan mereka. Dan nampaknya mereka tak peduli. Bagi mereka proyek apa saja dan di mana saja adalah ajang bancakan. Dan karena kebiasaan itu, kata ‘proyek’ pun kini memiliki tekanan arti yang khas. Yakni semacam kegiatan resmi, tapi bisa direkayasa agar tercipta ruang untuk jalan pintas menjad kaya. Maka, apa saja bisa diproyekkan.”
            “Apa saja?”
            “Ya, apa saja bisa diproyekkan. Tidak hanya pembangunan jembatan atau infrastruktur lain, tapi juga pengadaan kotak pemilu, pembagian sembako untuk orang miskin, pengadaan bacaan untuk anak sekolah, program transmigrasi, program penanggulangan bencana alam. Bahkan Sidang Umum MPR dan penyusunan undang-undang bisa mereka jadikan proyek yang mendatangkan duit. Orang-orang proyek rakus dan licin, dan mereka ada di mana-mana.”
            “Kegilaan besar-besaran ini akan berlansung sampai kapan, Mas?”
            Kabul tidak segera menjawab. Wajahnya beku. Pandangannya seakan buntu. Lalu tangannya bergerak untuk memutar kunci kontak.
            “Rayap baru berhenti makan bila kayu yang digerogotinya sudah habis. Atau bila mereka disiram racun antiserangga.” (Orang-orang Proyek, 219)

Sunday, February 19, 2012

18-02-2012

Pada akhirnya tanggal 18 telah berlalu. Masih terngiang-ngiang segala doa dan ucap syukur.

Puji Tuhan masih ada nafas kehidupan sampai hari ini.

Semoga bertambah baik dalam segala.


Yolanda


Tiba-tiba saya teringat seorang anak kecil yang saya temui ketika saya sedang menunggu teman keluar dari ruang wisuda. Pagi itu, saya sedang asik dengan gorengan yang saya kunyah sampai akhirnya saya merasa ada yang memerhatikan saya.

Mata anak perempuan itu lekat pada mata saya. Jari telunjuk kanannya terselip di mulutnya, di cela giginya yang tanggal. Rambutnya ikal, ada bando pink melintang, serasi dengan bajunya. Segera saya alihkan pandangan saya. Saya terlalu lapar untuk bisa fokus pada hal-hal selain itu.

Gorengan hampir habis dan anak itu tidak lepas pula matanya dari wajah saya. Bodohnya, saya tidak sadar bahwa mungkin anak itu ingin pula gorengan yang saya makan. Sudah saya jelaskan, saya terlalu lapar untuk bisa mengerti apa yang terjadi di sekitar saya.

Saya panggil, dia bereaksi. Membuat gerakan khas anak-anak. Malu-malu. Menghindar. Saya kira selesai. Sudah.

Nyatanya anak itu mondar-mandir di sekitar tempat saya duduk. Saya heran, di mana orangtuanya. Kenapa anak itu bisa duduk sendirian di situ. Beberapa kali saya memutar kepala, mencari kira-kira siapa yang bersama anak itu tapi jawab taktemu.

Tarik-ulur itu berlangsung sampai mungkin setengah jam lebih. Akhirnya ia mendekat. Berani duduk di sebelah saya.

“Nama kamu siapa?”

Dia diam. Hanya tersenyum malu sambil mengulum jari telunjuk kanannya. Saya pun takmau memaksa. Saya diam.

Beberapa menit kemudian pertanyaan saya ulang dan dia tetap diam. Lagi-lagi kami bermain tarik-ulur. Sampai akhirnya dia mau menggerakkan bibirnya. Tanpa suara.

“Yolanda? Nama kamu Yolanda?”

Dia mengangguk. Ya, saya dapatkan namanya.

Pertanyaan demi pertanyaan pun saya dan teman saya lontarkan. Ceritanya membuat kami terkejut.

Yolanda ditinggal sendirian di luar. Ia datang bersama mama, tante, dan kakaknya. Kakaknya di wisuda saat itu. Karena dalam peraturan dikatakan bahwa anak kecil tidak diperbolehkan masuk ruang wisuda, ia ditinggal sendirian di luar.

Saya dan teman saya heran, kenapa orangtuanya berani meninggalkan anaknya yang baru lima tahun sendirian di luar, di tempat asing pula.

“Kamu ngga takut sendirian di sini?”

“Ngga?” Kepalanya menggeleng dan jarinya tetap dikulum.

Saya tarik jari itu dari mulutnya.

“Ngga boleh ngulum jari. Banyak cacingnya, nanti kamu sakit perut.”

Ia pun segera menarik tangannya ke belakang. Tapi dasar anak kecil, atau memang dasar kebiasaan, jarinya naik lagi ke mulut. Dan lagi saya tarik tangannya.

Satu jam lebih kami bersama Yolanda. Berbagai pertanyaan kami ajukan. Begitu pula dengan dia.

“Kakak ngga wisuda?” Tanyanya pada saya.

“Belum, Yola. Kakak belum wisuda. Hehehe...” Ekspresi yang sama saya berikan pada Yola, ekspresi ketika para handai taulan bertanya tentang kelulusan. Malu.

Pintu ruang wisuda dibuka. Saya pamit pada Yolanda.

“Kamu jangan ke mana-mana yah. Tunggu mama kamu di sini. Kalau liat mama, kamu panggil. Jangan ke mana-mana.”

Yolanda pun mengangguk. Jelas dia anak yang pintar dan berani. Anak perempuan yang hebat!

Kabar dari teman saya, Yolanda berhasil bertemu dengan keluarganya. Mamanya memanggil namanya dengan sukacita. Saya rasa mamanya pasti bangga pada anak perempuannya itu.

Kamu apa kabar, Yolanda? Masih suka mengulum jari telunjuk?