Tuesday, August 21, 2012

1 + 1 + 1 = . . . . .

Mama: M
Saya: S

M: Umur kamu berapa sih, Ga?
S: 24
M: Mama umur 25 udah nikah.
S: Terusssss?
M: Kamu udah punya pacar belum? Udah boleh kok nikah, daripada ketuaan.
S: .....
#kemudianhening

Pertanyaan itu nampaknya akan sering diputar di tahun-tahun ke depan. Kenapa harus tanya? Ya, manusia tidak pernah puas.

Setelah bersusah payah melepaskan status mahasiswa S1, dan pengap ditanya kerja di mana, kini pertanyaan paling menakutkan itu pun mulai terlontar dari mulut Ibu.

Seketika ruang jadi panas. Tubuh jadi linglung, takut membuat gerakan yang mengundang pertanyaan lebih lanjut.

Nafas letih sisa kemarin bahkan belum terobati. Masih tersengal-sengal. Dan kini? Arghhh! Kenapa? Kenapaaaaaa?

Andri "Lennon"

Saya lupa kapan pertama kali pertemu dengannya. Sepertinya dua atau tiga tahun lalu. Kala itu rambutnya masih panjang, di bawah bahu. Kumis dan jenggotnya pun masih melintang di wajahnya. Dan ya, keyboard kecil itu yang mencuri perhatian saya.

Namanya Andriarto Andradjati. Saya tahu nama lengkapnya pun dari Facebook, meskipun sampai saat ini kami belum berteman di dunia itu. Sedikit mencuri nama asli dan foto saya kira takapa. Nama yang lebih dikenal dalam beberapa komunitas mungkin Andri "Lennon". Kenapa? Karena pun wajahnya mirip pentolan The Beatles itu. Atau karena kami saja yang berusaha memiripkannya? Hahaha...

Kenapa Lennon? Karena Andri begitu akrab dengan sosok Lennon. Ia hafal lagu-lagunya bahkan sejarah di balik lagu-lagu tersebut. Itu alasan saya. Entah apa alasan Andri sendiri. Eh, saya kira yang memberi julukan Andri "Lennon" itu bukan dirinya sendiri, melainkan kami yang mengenal Andri dan Lennon. Ya, karena lagu-lagu Lennon lah kami menjulukinya Andri "Lennon". Ah, usut punya usut, setelah berselancar ke sana-ke mari, saya mendapatkan info kalau Andri pernah berkata bahwa mungkin ia adalah reinkarnasi dari John Lennon sendiri. Hahaha... Nah, setelah tulisan ini dibaca oleh Andri, ia mengatakan bahwa ia tidak pernah mengatakan bahwa dirinya adalah reinkarnasi Lennon. Oke, terima kasih konfirmasinya, Ndri :D

Andri waktu itu diundang dalam acara diskusi (atau mungkin bukan acara diskusi?) dan diminta untuk bernyanyi. Ketika ia mulai memainkan keyboard kecilnya dan mulai menyanyikan lagu-lagu The Beatles, suasana dalam ruang itu pun jadi menyenangkan. Semangatnya seolah menular, terutama bagi saya.

Saya pribadi senang menonton aksi panggung Andri "Lennon". Meskipun katanya kunci keyboard-nya itu-itu saja sekalipun lagu sudah berganti, bagi saya permainannya atraktif. Mampu membuat saya sebagai penonton menikmatinya. Ikut larut dalam lagu-lagu yang ia bawakan dan bisa santai untuk sejenak.

Terakhir saya bertemu dengannya dalam acara Tadarus Budaya yang diadakan oleh Institut Nalar Jatinangor, awal bulan ini. Katanya hari itu hari terakhir ia berada di Jatinangor. Ia sudah menyelesaikan kuliahnya dan akan kembali pulang. Siapa sangka ternyata kami satu gelombang wisuda.

Sayangnya, rambutnya sudah dipotong pendek, kumisnya sudah dicukur, dagunya sudah bersih dari bulu, dan ia tidak membawa keyboard kecilnya itu. Namun, penampilan panggungnya masih sama, masih mendatangkan suasana yang menyenangkan. Semoga ada kali lain menonton pertunjukannya lagi. Salam Lennon :D

Friday, August 17, 2012

Selamat Ulang Tahun, Indonesia


Selamat ulang tahun Indonesia. Yang ke 67 tahun yah? Wah, kamu sudah jadi nenek-nenek loh. Sudah semakin menua. Semoga di umurmu yang bertambah, kamu semakin baik, semakin bersih, semakin kokoh, semakin indah, semakin semakin semakin menuju perubahan yang baik dalam segala. Kalau bukan kamu, siapa lagi. Aku cinta kamu.

Nah, sebenarnya saya lupa hari ini tanggal 17 Agustus. Saya kira 17 masih beberapa hari lagi. Ingat karena melihat tanggal kalender merah warnanya. Maafkan saya karena lupa tanggalmu.

Dari beberapa hari yang lalu saya sibuk mengamati rumah-rumah yang memasang bendera kebangsaan ini. Sayangnya, mereka dapat dihitung dengan jari. Selain saya, banyak yang rupa nampaknya.

Ah, begitu pula rumah ini. Tanpa bendera. Saya belum sempat menanyakan kenapa bendera takterpasang. Mungkin orang tua saya juga lupa. Saya sendiri taktahu di mana bendera itu disimpan dalam rumah ini. Maafkan saya ya.

Kemarin saya sempat berkata pada teman saya, mungkin warga lupa kalau selain menuju Idul Fitri, ada tanggal ulang tahunmu, Indonesia. Mereka terlalu berlarut dalam euforia hari kemenangan itu sehingga lupa bahwa 17 Agustus sudah di depan mata. Lupa pula lah memasang bendera. Tapi ternyata, yang tidak larut dalam euforia Lebaran nyatanya juga tidak memasang bendera. Tanya siapa? Tanya kenapa?

Ketika membuka om Gugel pagi ini, saya senang karena doodle om Gugel tampak lucu. Tentang lomba 17-an. Ah, seketika saya rindu pada acara itu. Dan, teringatlah saya, entah sudah berapa tahun tidak ada lomba 17-an di lingkungan tempat saya tinggal. Padahal anak-anak kecil masih banyak. Tapi kenapa bahkan euforia lomba 17-an pun menghilang?


Dulu, saya bisa akrab dengan anak-anak di sini karena acara itu. Hari libur yang menyatukan keluarga-keluarga dalam satu ruang penuh keceriaan. Berbagai lomba diadakan dan hadiah-hadiah menarik disiapkan. Entah di mana tersimpan hasrat untuk mengadakan acara itu. Ya, saya rasa penghuninya sudah pada mudik.

Semoga saja tahun depan tidak banyak yang lupa.

Selamat ulang tahun, Indonesia. Aku cinta Kamu.

Thursday, August 16, 2012

Ibu Ayah Sayang Anak


Perihal itu saya tidak pernah diajarkan oleh orang tua saya. Saya mengetahui bahwa hubungan orang tua dan anak bisa seindah itu berdasarkan penglihatan saya semenjak saya sekolah. Bukan dari rumah.

Alangkah bingungnya ketika saya melihat hubungan persahabatan antara teman perempuan saya dengan ibunya. Dahi pun makin mengkerut ketika melihat mata seorang ayah yang berbinar-binar ketika melihat anak laki-lakinya berlari-larian. Dan sampai sekarang saya belum terbiasa dengan teman-teman yang asyik ngobrol panjang lebar dengan ibu atau ayahnya di telepon.

Perihal itu hanya saya pelajari dari buku-buku PPKN masa SD. Bukan dari rumah.

Saya belum pernah belajar dan tidak pernah diajari. Jangan heran saya terbiasa berbicara dengan nada tinggi dan dahi mengerut pada ibu. Sisi lembut saya hanya untuk kalian yang mengenal saya. Bukan di rumah.

Dalam kepala, hubungan orang tua-anak jadi sekadar formalitas. Hidup ternyata tidak sesederhana The Sims. Bahkan permainan pun butuh kasih sayang.

see no evil, hear no evil, speak no evil

Kini saya mengerti mengapa lambat-laun banyak orang akhirnya memilih untuk tidak ikut campur, tidak peduli, dan buang muka terhadap hal-hal yang tidak sepatutnya, yang terjadi di depan wajahnya. Kini saya tahu apa rasa menjadi orang-orang yang demikian karena saya sempat memosisi diri saya di sudut yang itu.

Saya tiba-tiba tutup kuping dari pembicaraan yang sebenarnya cukup menarik itu. Tapi pikir saya, saya akan terlalu jauh berharap jika kuping tidak saya tutup. Mulut pun saya kunci ketika sesuatu mengusik kepala saya. Saya mencoba diam, mencoba berjarak, mencoba tunduk pada apa yang terjadi di sekeliling saya. Ketika tawa-tawa keras memenuhi udara, ketika drama-drama sedang berlangsung di tembok sebelah, saya hanya rasakan kehampaan. Ini hidup?

Dulu saya pernah berkata bahwa manusia akan selalu berubah menjadi arah yang lebih baik. Tetapi saya lupa, start menuju yang lebih baik itu belum tentu baik pula bukan?

Gerak tubuh ini kemudian bukan punya saya. Dia bergerak seturut apa yang ingin dihasilkannya, bukan yang diinginkannya. Tubuh ini milik kenyataan.

Iwazaru, Mizaru, Kikazaru
NB: Sebenarnya tulisan ini jauh menyimpang dari Three Wise Monkey.


Thursday, August 2, 2012

t i t i k

Tiba-tiba sudah Kamis lagi. Besok sudah Jumat. Lusa sudah Sabtu. Lalu esoknya sudah Minggu. Dan tidak terasa akan masuk lagi hari Senin. Sekejap Agustus akan berganti September.

Waktu sedang asyik bermain sepeda. Saya terengah-engah di belakangnya.