Rasanya saya melihat ada debu dan jejaring laba-laba di blog ini. Rupanya saya lupa mengunjungi dan membersihkannya seperti dahulu. Dan akhirnya, saya menyingkirkan rasa malas untuk sedikit bercerita.
Ada perubahan besar dalam hidup saya belakangan ini. Saya punya banyak teman baru dan saya punya pekerjaan baru. Selamat, saya bekerja di Net Mediatama di divisi Talent Management. Masih belum jadi pegawai tetap, tapi mudah-mudahan akan terus berlanjut.
Make a new line. Ya, akhirnya saya membuat garis pertemanan yang baru. Untung saja saya tidak lupa bagaimana caranya berteman. Sekian lama berkutat dalam kelompok yang itu-itu saja membuat saya sedikit canggung. Tapi semua berjalan baik-baik saja (semoga) pada akhirnya.
Di akhir Oktober kemarin saya mengikuti pelatihan ala militer di Marinir Cilandak. Tanpa bekal semangat dan fisik yang bugar, saya pergi ke sana bersama 255 (atau 254) orang lainnya. Pikiran yang menakutkan sudah lalu-lalang. Tapi ketika seorang senior memberikan saran untuk ikhlas, saya melemaskan bahu dan menanamkan kata 'ikhlas' di kepala dan hati saya.
Sepanjang dua minggu pelatihan itu saya ikhlas. Menikmati nyaris setiap kegiatan, meresap banyak-banyak yang bisa dirasakan, menyimpan dalam-dalam kenangan yang mungkin tidak akan pernah saya dapatkan lagi. Sebenarnya saya berpikir, saya sedang apa sih di sana. Tapi, saya dan yang lainnya adalah orang-orang pencari yang harus ikut kata yang mencari.
Setelah dua minggu pelatihan di Marinir Cilandak, tantangan yang nyata dimulai. Kami masuk kantor. Rasanya lebih menegangkan ketimbang latihan militer. Di Militer Cilandak, jika kami berbuat kesalahan hukumannya jelas,
push up, tiarap, merayap, dan hukuman fisik lainnya. Tapi ini dunia kerja yang hukumannya tidak dengan hukuman seperti itu. Kami semua tegang, akan seperti apa pekerjaan kami.
Ternyata banyak dari kami kaget. Wajar saja, ini dunia media. Jam kerja serabutan, tidak jelas dan tidak bisa diduga. Jam tidur berbalapan dengan jam kerja. Tubuh tiba-tiba harus dimaksimalkan kinerjanya, terlebih untuk teman-teman produksi.
Wajar saja mereka kaget, banyak dari mereka yang baru lulus kuliah. Biasanya terpola pada jadwal yang teratur. Harus bertemu dengan keadaan yang seperti ini tentu tidak mudah pada awalnya.
Satu persatu mulai tumbang, bukan hanya fisik tapi juga mental. Tapi sebisa mungkin kami sama-sama menguatkan, khususnya di pleton saya. Memberikan kalimat-kalimat positif yang mungkin tidak diberikan oleh pihak lain.
Saya hanya berharap tidak ada yang meninggalkan tempat ini dengan kondisi yang tidak menyenangkan. Saya hanya berharap bisa terus bekerja dengan wajah-wajah terbakar yang saya lihat di Marinir Cilandak.
|
Sebelum makan |
|
Wajah-wajah menghitam |
|
Mari pulang, marilah pulang |
|
Talent Management |
|
Ternyata senja di Jakarta bisa cantik kaya gini (dari lantai 28) |