Pengarang: Marjorie Kinnan Rawlings
Tebal: 504 halaman
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2011
The Yearling karya
Marjorie Kinnan Rawlings memenangkan Pulitzer Prize pada tahun 1939.
Judul buku ini kemudian diterjemahkan menjadi Jody dan Anak Rusa dalam
bahasa Indonesia.
Ketika kita membaca buku ini, kita akan dibawa
ke masa ketika rumah tidak terjamah teknologi, sistem keuangan masih mengenal
barter, dan berkuda menjadi sarana transportasi yang utama. Kita dibawa
menjelajah hutan-hutan dan dikenalkan pada kehidupan pertanian pada akhir tahun
1800-an di Florida.
Jody, 12 tahun, adalah anak laki-laki dari
pasangan Baxter. Jody anak satu-satunya, anak yang bertahan setelah sekian
banyak anak yang harus dikubur Pa dan Ma Jody di lahan pertaniannya. Kakak-kakak
Jody yang lain tidak dapat bertahan. Ada yang keguguran, ada yang meninggal
setelah beberapa hari menghirup udara kehidupan.
Karena kehilangan banyak anak, Ma Baxter
menyayangi Jody dengan cara yang berbeda. Ia begitu keras pada Jody. Ia menutupi
rasa sayangnya dengan tameng omelan-omelan tiap harinya. Berbeda dengan Pa. Pa begitu
menyayangi Jody. Dengan sabar Pa mengajari banyak hal pada Jody. Dari
baca-tulis sampai berburu. Dan berburulah yang menjadi pelajaran yang paling
Jody nanti-nantikan.
Pertanian tempat mereka tinggal dinamai Pulau
Baxter. Lahan itu dikelilingi hutan yang penuh dengan hewan-hewan liar, rakun,
rusa, kucing hutan, macan kumbang, kalkun liar, serigala, beruang, dan
sebagainya. Dari sanalah sumber makanan mereka dapatkan.
Tapi Pa Baxter bukan orang yang rakus. Ia seorang
pemburu yang baik. Ia hanya memburu untuk makan, bukan untuk memuaskan hasrat
seorang pemburu, seperti tetangganya, keluarga Forrester. Forrester begitu
berbeda dengan Baxter. Badan mereka besar-besar, anak-anak yang dilahirkan
banyak, kulit mereka lebih gelap, dan mereka rakus. Karena hidup mereka lebih
mapan dibandingkan Forrester, mereka lebih banyak berburu karena kesenangan
semata.
Hari-hari berburu adalah hari yang dinantikan
oleh Jody. Dengan senapan tuanya, yang
bahkan ketika diletuskan bisa membuat tubuh kecil Jody terjungkal, ia
belajar menjadi seorang pemburu kecil yang bijak. Begitu bangganya ketika
pulang ke rumah Jody bisa membawa hasil buruan untuk makan mereka beberapa
minggu ke depan.
Ada satu beruang yang menjadi musuh utama
keluarga Baxter dan Forrester. Beruang itu diberi nama Slewfoot Tua. Slewfoot begitu
meresahkan mereka karena sering kali mencuri hewan ternak. Ia begitu cerdas
dibandingkan beruang-beruang lainnya sehingga menangkapnya memerlukan usaha
yang lebih. Tapi ternyata Pa dan Jody mampu membunuhnya di malam Natal. Itu menjadikan
kado yang begitu istimewa bagi mereka.
Pada suatu hari, babi-babi ternak Baxter tidak
kunjung kembali ke lahan pertaniannya. Pa mengajak Jody untuk mencari babi-babi
itu. Dengan dua anjing tangguhnya, Julia dan Rip, mereka pun mengikuti
jejak-jejak babi itu. Ketika jalan mengarah ke pertanian Forrester, Pa yakin
bahwa babi-babi mereka masuk ke perangkap yang dipasang keluarga Forrester. Tapi
ada kejadian yang lebih penting dibandingkan mencari babi-babi yang hilang itu.
Pa digigit ular derik. Dengan ketenangan luar
biasa, Pa menembak mati ular itu. Tapi bisa ular segera menjalar. Beruntunglah
Pa. Ada seekor rusa betina dan anaknya takjauh dari tempat mereka. Pa menembak rusa
betina dan menyuruh Jody mengambil hati rusa itu. Hati itu kemudian ditempelkan
pada bekas gigitan. Paling tidak itu bisa mengobati, meskipun maut masih jelas
menempel pada Pa.
Pa memberikan instruksi-instruksi pada Jody. Ia
menyuruh Jody pergi ke pertanian Forrester dan minta tolong pada mereka. Segeralah
Jody pergi ke sana dan minta bantuan. Ternyata tidak semua keluarga Forrester
berhati buruk. Segeralah Buck dan Mill-wheel membantu Jody. Untungnya Pa dapat
selamatkan.
Pikiran Jody sekarang hanya pada anak rusa
itu. Jody membayangkan pasti anak rusa itu sedang kelaparan. Ia memohon pada Pa
agar bisa memelihara anak rusa itu. Sudah lama ia ingin punya hewan peliharaan,
agar ada yang dapat menemaninya bermain dan bercanda. Jody bilang sudah
seharusnya mereka membalas budi pada rusa betina itu dengan cara merawat
anaknya. Dengan persetujuan Pa, Jody pun mencari anak rusa itu.
Kehidupan Jody semakin berwarna dengan adanya
anak rusa itu. Oleh sahabatnya, Fodder-wing, anak rusa itu diberi nama Flag. Fodder-wing
adalah sahabat Jody dari keluarga Forrester. Fodder-wing anak paling kecil dan
terlahir cacat. Kepribadiannya unik, ia begitu suka memelihara hewan-hewan
liar. Karena itulah mereka bisa bersahabat baik. Sayangnya, penyakit
Fodder-wing tidak dapat ditolong. Belum sempat Jody memperkenalkan anak rusanya
pada Fodder-wing, ia sudah meninggal.
Flag tumbuh menjadi rusa jantan yang cantik. Jody
sangat menyayangi Flag. Jody rela mengurangi porsi makannya dan tidak minum
susu agar makanan dan susu itu dapat diberikan pada Flag. Flag menjadi teman
cerita Jody yang paling menyenangkan. Ketika sedang beristirahat, takjarang Pa
dan Ma melihat Jody sedang tidur di bawah pohon bersama Flag.
Tapi ternyata hewan liar tetaplah hewan liar. Semakin
tumbuh dewasa, Flag tidak bisa diajari hal-hal yang seharusnya tidak boleh
dilakukan. Flag sering kali membuat Ma marah, menjatuhi mangkuk-mangkuk berisi
makanan, menginjak ubi yang sedang dijemur, dan yang menjadi puncak kemarahan
Ma adalah ketika Flag memakan tunas jagung yang menjadi sumber makan keluarga
kecil itu. Pa biasanya berada di pihak Jody, namun kali itu Pa tidak bisa
membantunya.
Akhirnya diambil keputusan Jody harus membunuh
Flag di hutan. Tapi, siapa yang bisa membunuh hewan peliharaannya yang telah
disayanginnya dari kecil. Jody memutar otak untuk menyelamatkan Flag. Karena
Jody tidak bisa membunuh Flag, dan Flag kemudian memakan tunas-tunas jagung
lagi, Pa menyuruh Jody masuk ke kamar dan berbicara dengan Ma. Ternyata Pa
menyuruh Ma untuk membunuh Flag. Jody merasa Pa mengkhianati Jody. Ia kabur
dari rumah.
Dalam perjalanan kaburnya, Jody belajar banyak
hal. Ia kelaparan. Ternyata rasa lapar rasanya seperti itu. Perutnya sakit dan
ia berimajinasi duduk di meja makan dengan makanan yang hangat dan enak. Jody
pun akhirnya mengerti mengapa tunas-tunas jagung itu begitu penting bagi Pa dan
Ma. Setelah tiga hari, Jody kembali dan meminta maaf kepada Pa dan Ma.
Membaca buku ini menjadikan kita ikut
merasakan bagaimana kehidupan sederhana keluarga Baxter. Hidup dari lahan
pertanian dan berburu. Kehidupan yang mungkin tidak banyak lagi kenal oleh
masyarakat modern masa sekarang. Dengan penggambaran yang detail, kita bisa
membayangkan apa yang dialami oleh tokoh-tokoh dalam buku ini. Rasanya begitu
menyenangkan dapat berlari bersama Jody dan anak rusanya.
No comments:
Post a Comment