Film ini bercerita tentang seorang pengawas
sekolah bernama Clement Mathieu. Mathieu mulai bekerja di Fond de L’Etang pada
tanggal 15 Januari 1949. Fond de L’Etang adalah sebuah sekolah dan
asrama milik pemerintahan yang menampung anak-anak miskin dan terlantar.
Mathieu pada dasarnya seorang musisi. Awalnya
ia tidak ingin melanjutkan hasrat menulis musiknya, namun ketika ia mendengar
anak-anak itu bernyanyi, ia mulai menemukan ide-idenya. Ia kemudian membentuk
paduan suara. Anak-anak yang kebanyakan nakal itu dilatihnya bernyanyi.
Tidak hanya mengajarkan musik, Mathieu pun
membawa suasana baru di tempat itu. Kepala sekolahnya, Rachin, merupakan
seorang pria yang keras dan disiplin. Motonya adalah Action, Reaction! Jika
seorang anak berbuat salah, ia akan mendapatkan hukuman yang setimpal, biasanya
hukuman kurungan, pukulan, dan membersihkan sekolah. Tapi Mathieu tidak turut
menerapkan displin semacam itu.
Clement Mathieu |
Seorang anak dengan suara indah memikat Mathieu
dan saya (lho). Anak itu bernama Pierre Morhange. Wajahnya tampan, menarik,
bahkan dapat dikatakan cantik. Julukannya adalah wajah malaikat. Tapi ia nakal.
Ia mencoba untuk menjadi anak nakal. Mungkin untuk menujukkan bahwa ia seorang
anak lelaki, tidak peduli wajahnya rupawan.
Lagu-lagu indah disajikan dalam film ini. Dengan
suara emas Morhange dan keahlian Mathieu, musik dapat didengar dipenjuru
sekolah. Bangunan yang tadinya suram tampak lebih hidup.
Pierre Morhange |
Masalah muncul ketika seorang anak nakal, Mondain, pindah ke sana. Ia tidak mau menaati peraturan. Ia menghasut beberapa anak untuk tidak percaya pada guru, bahkan pada diri mereka sendiri. Mondain beberapa kali terlibat masalah, beberapa kali pula ia dikurung. Sampai pada akhirnya ia kabur dan ditangkap oleh polisi. Ia dibawa kembali ke Fond de L’Etang. Ia juga dituduh mencuri uang untuk kebutuhan sekolah. Dan kemudian dia dikembalikan ke sekolahnya yang dulu.
Kebaikan dan kepercayaan Mathieu terhadap
anak-anak dan musik membawa pengaruh baik pada sekolah itu. Guru-guru lain yang
awalnya keras, mulai menunjukkan sifat aslinya. Bahkan sifat keras Rachin pun
mulai sedikit mencair.
Di akhir diceritakan terjadi kebakaran di Fond
de L’Etang. Saat itu tidak ada siapa-siapa di sana. Rachin sedang
menghadiri rapat, guru-guru sedang pergi berlibur, dan Mathieu mengajak
anak-anak keluar untuk menikmati udara musim panas. Ternyata kebakaran itu
disebabkan oleh Mondain. Mungkin ia kabur dari sekolahnya. Ia dendam pada
Rachin yang menuduhnya mencuri uang sekolah, yang memang bukan ia yang
mencurinya, dan akhirnya membakar Fond de L’Etang.
Rachin memecat Mathieu karena Mathieu
meninggalkan sekolah bersama murid-muridnya tanpa persetujuan Rachin. Mathieu
pun pergi tanpa perpisahan dengan anak didiknya. Namun anak-anak itu tahu ia
dipecat. Mereka menerbangkan kertas-kertas yang bertuliskan ‘Selamat tinggal’
kepada Mathieu dari jendela kelas. Mereka melambaikan tangan dan bernyanyi. Mereka
bahkan mengunci diri mereka di kelas.
Pepinot, seorang anak yatim-piatu, memaksa
ikut dengannya. Awalnya Mathieu menolak, namun akhirnya ia membawa serta
Pepinot.
Setelah Mathieu pergi, guru-guru yang lain,
Chambert dan Mr. Langlois, serta penjaga sekolah, Maxence, melaporkan
keburukan-keburukan Rachin. Rachin pun harus pergi dari Fond de L’Etang.
Morhange keluar dari sekolah itu. Ia hidup bersama ibunya dan bersekolah di
Lyon.
Pepinotlah yang membawa buku harian Mathieu
kepada Morhange lima puluh tahun kemudian. Ia memberikan buku harian itu untuk
menujukkan kebenaran yang terjadi selama hidup di Fond de L’Etang. Morhange
saat itu sudah menjadi seorang komposer yang terkenal. Berkat Mathieulah, Morhange
mendapatkan beasiswa di sekolah musik Lyon.
Alasan saya menyukai film ini mungkin karena
dalam film ini ada lagu-lagu indah yang nyaman di telinga saya. Saya suka film
yang berkaitan dengan musik dan lagu-lagu, seperti Tangled, Copying
Beethoven, August Rush, Lion King, dan sebagainya.
Tidak hanya lagu, saya suka pemikiran Mathieu
yang percaya bahwa kekerasan bukanlah jalan satu-satunya untuk menerapkan
disiplin. Ia menggunakan bakat, intuisi, dan kesabaran. Ia merangkul satu
persatu anak. Ia beri mereka kepercayaan dan harapan. Dan itu berhasil. Anak-anak
yang awalnya nakal itu berubah. Mereka dapat menjadi lebih disiplin
dibandingkan ketika mereka diberi kekerasan.
Mathieu juga bukan orang yang memikirkan diri
sendiri. Ia jatuh cinta kepada ibu Morhange, Violetta. Namun ternyata cintanya
taksampai. Violetta menemukan pria lain dan menganggap Mathieu adalah seorang
yang membawa keberuntungan bagi hidupnya. Bisa saja ia melampiaskan rasa patah
hatinya kepada Morhange, tapi memang pada dasarnya ia baik hati, ia malah terus
mendorong Morhange untuk berkarya.
ini udah jadi data film?
ReplyDeleteminta donk
dvdnya ga bisa diputer di saya mahhh
Udah dongsss. Udah gw convert. Ntar kalo kita ketemu ambil aja.
ReplyDelete