Belakangan ini saya merasa saya merupakan salah satu karakter dalam permainan The Sims. Kalian tahu The Sims kan? Permainan ini sudah entah sejak kapan saya mainkan, sampai sekarang. Nah, saya merasa saya adalah salah satu karakter yang saya buat dalam permainan itu.
Permainan ini jelas terinspirasi dari kehidupan manusia, tapi saya ragu, jangan-jangan kehidupan manusialah yang terinspirasi dari permainan ini. Atau, lebih khususnya hidup saya lah yang terinspirasi dari permainan ini.
Jika lapar harus makan, jika bau harus mandi, jika kebelet harus ke kamar mandi, jika bosan harus menonton televisi atau bermain apapun. Lalu ada tax yang harus dibayar, otomatis harus bekerja. Jika ingin naik jabatan harus menambah kemampuan dalam berbagai bidang, harus memiliki relasi yang baik dengan orang lain. Dan sebagainya, dan sebagainya. Benar-benar hidup manusia versi dunia maya.
Belakangan ini pun saya kerap merasa bahwa hidup saya sebenarnya takjauh dari permainan The Sims ini. Semua diatur sedemikian rupa, butuh ini untuk itu. Butuh itu untuk ini. Semua ada timbal baliknya. Bahkan di The Sims kita bisa membunuh karakter yang kita ciptakan. Acap kali saya membunuh karakter-karakter tersebut dengan berbagai cara, seperti mengurungnya di satu ruangan, menenggelamkannya di kolam renang. Itu toh hasrat membunuh saya pribadi bukan? Meskipun yang saya bunuh itu hanya karakter dalam sebuah permainan, tapi tetap saja namanya pembunuhan.
Tenang, tenang. Tidak ada hubungannya pembunuhan dalam The Sims dengan pembunuhan dalam kehidupan nyata. Saya hanya sedang pesimis memandang hidup.
Mungkin berbagai perubahan yang terjadi belakangan ini menjadikan saya semakin sadar bahwa sebenarnya hidup itu layaknya permainan. Yah, seperti kata lagu, "Dunia ini panggung sandiwara." Ah, saya tiba-tiba lingung. Maaf, kawan.
No comments:
Post a Comment