"Ntar kalo
gw udah gini, gw ngga mau gini."
"Gw juga. Gw
ngga mau ini itu ini itu."
Kali ini teringatlah saya akan pembicaraan
dengan beberapa orang teman tentang hal-hal yang ingin dan tidak ingin
dilakukan bila sesuatu dapat dicapai. Secepat keinginan itu tercapai, cepat
pula pembicaraan itu hilang dari ingatan. H plus sekian, ludah sudah kembali
lagi tertelan. Kembali dijilat. Keinginan itu tinggal menjadi obrolan
basa-basi-busuk.
Ketika saya berhadapan dengan hal itu, saya
selalu ingat apa yang pernah saya janjikan. Janji itu lebih saya tujukan pada
diri saya sendiri. Saya sedang belajar untuk menghargai sebuah janji. Saya
tidak suka bila sebuah janji diingkari. Oleh karena itu, saya berusaha semampu
saya untuk menepati janji yang bahkan janji itu untuk diri saya sendiri.
Apakah saya orang yang perfeksionis? Tidak. Saya
sangat jauh dari sifat itu. Saya hanya tidak ingin apa yang pernah saya ucapkan
jadi sekadar suara-suara kosong saja. Kurang lebih begitu. Saya terlalu keras pada
diri saya sendiri? Mungkin. Tapi, jika kita tidak keras pada diri sendiri,
kapan kita siap menghadapi hal-hal keras lain di sekeliling diri kita?
Ada kalanya saya berpikir untuk melanggar
janji yang saya janjikan pada diri saya sendiri itu. Toh tidak akan ada yang dirugikan.
Tapi kemudian saya meyakinkan diri saya sendiri bahwa yang akan rugi adalah
saya. Saya yang tahu kebenarannya dan saya yang akan menyesal jika janji itu
saya ingkari, cepat atau lambat.
Katakanlah tulisan ini tentang rasa tidak puas
saya pada orang-orang yang saya hargai. Ah, bukan hanya tidak puas, saya lebih
merasa kecewa karena telah diselewengi oleh mereka. Mungkin saja mereka lupa. Mungkin
saja ternyata ingatan saya yang kelewat tajam untuk pembicaraan-pembicaraan ‘kecil’
tersebut.
Selamat hari Minggu. Semoga baik :)
No comments:
Post a Comment