Saya tidak bisa membayangkan jika suatu hari
saya tidak bisa membaca. Jika huruf-huruf yang muncul seolah berubah menjadi
bahasa yang tidak saya kenal. Jika setiap kata dan kalimat tidak bisa saya
mengerti artinya. Tidak bisa membayangkan jika saya mengalami nasib yang sama
dengan Howard Engel.
Howard Engel tiba-tiba tidak bisa membaca
setiap tulisan di koran paginya. Ia merasa kata-kata itu berubah bentuk menjadi
bahasa yang tidak ia pahami. Pergilah ia ke dokter dan divonis bahwa ia
menderita stroke. Ia yang seorang penulis tidak bisa membaca.
Setelah diperiksa, Engel dinyatakan masih bisa
menulis namun tidak bisa membaca, bahkan tulisan yang baru saya ia tulis.
Bagaimana ia tetap bisa menjadi seorang penulis bahkan tulisannya sendiri pun
tidak bisa ia baca?
The Man Who Forgot How to Read bisa dikatakan sebuah autobiografi yang ditulis oleh Engel sendiri. Ia
mengalami suatu kondisi langka yang disebut alexia sine agraphia. Ia
bisa tetap menulis, tapi takmampu lagi membaca. Buku ini mengisahkan bagaimana
perjuangan Engel menghadapi sakitnya sampai akhirnya ia pelan-pelan bisa
membaca lagi.
Buku ini saya temukan di area diskon. Judul
itu menarik bagi saya yang gemar membaca. Tapi sayangnya, buku ini (bukan
termasuk pengalaman penulis) tidak begitu memikat saya sebagai pembaca. Bahkan
saya membutuhkan waktu sebulan lebih—dengan terpaksa—untuk menyelesaikannya.
Bagaimana kalau suatu saat saya tidak lagi
bisa menikmati setiap kata yang muncul di mata saya? Bagaimana kalau sesuatu
yang membuat saya nyaman itu direnggut dari diri saya?
No comments:
Post a Comment