"Namaku Salmon, seperti nama ikan, dan nama depanku Susie. Umurku empat belas saat dibunuh pada tanggal 6 Desember 1973."
Novel ini dibuka dengan kalimat di atas. Seketika saya langsung menyukainya. Itu tidak lazim sebagai kalimat pembuka sebuah novel. Novel ini, The Lovely Bones karya Alice Sebold, merupakan novel yang menakjubkan.
Mungkin saya membacanya begitu terlambat karena buku ini diterbitkan pertama kali di Indonesia tahun 2008 dan saya membacanya hari ini. Terlebih lagi novel ini sudah difilmkan, bahkan saya lebih dahulu mempunyai film daripada bukunya. Saya belum menonton film itu karena kebiasaan buruk saya. Jika saya tahu suatu film diangkat dari sebuah novel atau cerpen, saya tidak akan menontonnya sampai saya membaca dahulu bukunya.
Novel ini begitu dinamis. Ia tidak statis pada kemungkinan-kemungkinan pikiran saya. Saya yakin pengarangnya begitu cerdas.
Ketika kita membaca novel detektif, kita akan dibawa ke hasil akhir di akhir cerita, misalnya ketika itu merupakan kasus pembunuhan maka di akhir cerita akan ada pelaku pembunuhan; ketika itu merupakan kasus pencurian maka di akhir cerita akan ada tersangka pencurian. Tapi di novel ini, kita akan tahu siapa pembunuhnya dan bagaimana korban dibunuh di awal cerita. Saya menebak akan dibawa ke mana cerita ini.
Novel ini tidak sakadar menceritakan bagaimana pembunuhnya dengan cerdik dapat menutupi pembunuhannya dan bahkan ia tidak pernah ditangkap. Saya pikir mungkin di akhir cerita si pembunuh itu akhirnya akan tertangkap, namun penulis lebih memilih menceritakan kematian si pembunuh itu sesaat sebelum ia melakukan pemerkosaan dan pembunuhan lainnya.
Susie adalah pencerita dalam novel ini. Setelah ia mati, ia pindah ke alam yang lain. Ia bertemu dengan arwah-arwah yang lain, bahkan ia berteman dengan arwah yang seusia dengannya. Ia dapat melihat orang-orang yang ia kasihi tapi mereka tidak bisa melihat Susie. Susie dapat meminta apa saja di alam barunya, kecuali satu, kembali ke bumi.
Ada kisah yang lebih dalam dari sakadar cerita pembunuhan Susie. Novel ini mengisahkan kehancuran keluarganya setelah ia mati. Susie tahu semua permasalahan setiap anggota keluarganya, tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa.
Kematiannya membuat Susie dan keluarganya menjadi terkenal. Tapi kehilangan itu pula membuat keluarganya kacau. Ayah dan ibunya yang tidak bisa menerima kematian Susie mulai tidak bisa berkomunikasi satu dengan yang lainnya, mereka tidak bisa mengungkapkan apa yang sebenarnya mereka rasakan dan akhirnya mereka memutuskan untuk berpisah. Adik perempuan Susie, Lindsey, mejadi sorotan di SMP-nya karena ia adalah adik dari korban pembunuhan yang tidak pernah terjadi di daerah mereka tinggal. Buck, adik laki-laki Susie, menyimpan caranya sendiri untuk mengenang kakaknya.
Hubungan aneh pun terjadi pada Ray dan Ruth setelah kematian Susie. Mereka menjadi sahabat. Ray adalah cinta pertama Susie, begitu pula sebaliknya, dan Ruth adalah seorang teman yang pertemuannya begitu singkat namun mengesankan keduanya. Hubungan ini menjadi pemanis lain dalam novel ini.
Saya mengharapkan akhir yang happy ending seperti, pembunuh Susie, George Harvey, tertangkap dan dijatuhi hukuman mati karena ternyata Susie bukanlah korban satu-satunya dan tulang-tulang Susie, yang dibuang oleh George, dapat ditemukan sehingga rasa kosong dalam keluarga Salmon dapat tertutupi. Namun nyatanya George Harvey mati dan tulang-tulang itu tidak ditemukan.
Meskipun Susie tidak dapat tumbuh di alam lain itu, ia bisa menyaksikan keluarga dan teman-temannya tumbuh dan bertambah tua. Ibu dan ayahnya bersatu kembali, Lindsey menikah dengan pacarnya, Samuel, dan memiliki anak, Buck sedang mengalami masa remajanya dengan persoalnya pada kepercayaan dirinya, Ray menjadi dokter, dan Ruth menjalani apa yang ia yakini. Kekosongan keluarga itu pun dapat diisi kembali dengan cinta.
Pembunuhan, kematian, kehilangan, pendewasaan, cinta, dan keputusasaan diracik dengan ringan dan menyatu dengan yang lainnya. Awal dan penutup yang tidak terduga. Bahkan ceritanya pun tidak bisa diduga. Entah ini sebuah novel detektif ataukah novel romantis, kisahnya mengagumkan.
No comments:
Post a Comment