Rusaknya kartu perdana saya mengakibatkan komunikasi yang tidak lancar. Entah kenapa tiba-tiba si kartu rusak. Mungkin memang sudah waktunya.
Kemarin, saya dan dua orang teman saya (sebut saja Bunga dan Mawar) ke Bandung. Kami melunasi janji kami bertiga untuk memuaskan lapar kami di salah satu mall di Bandung. Saya pun sekalian pergi ke galeri perdana saya untuk menukar kartu perdana. Sayangnya, stok kartu dengan nomer seperti saya ternyata habis. Pulanglah kami ke Jatinangor.
Dari seorang teman saya tahu bahwa di dekat Jatinangor, di Rancaekek juga ada galeri yang sama. Saya putuskan untuk pergi ke sana tadi siang.
Dengan bekal denah yang kurang jelas, tidak adanya sarana komunikasi, dan saya mengabaikan pertolongan teman saya untuk menemani saya (saya tidak ingin merepotkan), saya pun naik angkot menuju Rancaekek.
Kata teman saya (sebut saja Melati), saya tinggal duduk manis sampai angkot itu berhenti. Saya ragu, karena saya tidak tahu di mana angkot itu akan berhenti akhirnya. Jatinangor pun menghilang, masuklah saya ke Rancaekek. Galeri yang saya cari belum terlihat.
Tiba-tiba, saya merasa bahwa saya telah salah jalan. Cari-cari, saya sudah di Majalaya. Hahaha...
Saya putuskan untuk turun. Ternyata tempat saya turun agak aneh. Di depan pabrik-pabrik yang sepi. Sambil menunggu angkot yang akan mengantar saya kembali, saya jadi pusat tontonan pengguna kendaraan di sana. Saya tahu pasti aneh, karena saya berdiri di tempat yang tidak tepat. Hahahaha...
Datanglah angkot tujuan saya. Isinya penuh dengan anak SMP. Sebelas orang di belakang dan satu orang di depan. Angkot itu penuh dengan celotehan mereka. Saya tiba-tiba dilanda rindu.
Satu persatu turun. Tinggal beberapa orang lagi. Dua orang sedang membicarakan temannya, sepertinya teman laki-lakinya, tiga orang sedang membicarakan gurunya yang galak, sudah tua, tapi belum juga menikah, satu orang lagi sedang duduk sendirian di pojok angkot. Saya duduk di tengah-tengah mereka, dengan baju hitam dan celana jeans hitam. Rasanya mencolok sekali di antara siswa-siswa itu.
Saya tersenyum ketika mereka membicarakan lawan jenisnya. Dari percakapan itu saya tahu ada gejolak suka di sekitar mereka. Ini pasti masa-masa mereka puber. Mereka mulai melirik lawan jenis dan lawan jenis itu pasti dekat sekali dengan lingkungan pergaulan mereka.
Saya jadi teringat ketika masa SMP hal seperti itu juga terjadi pada saya dan teman-teman saya. Saya hanya bisa tersenyum ketika membandingan anak-anak SMP di angkot tempat saya berada dengan teman-teman dan saya sendiri. Hal ini sungguh menyenangkan.
Lalu mereka turun, tinggal seorang anak perempuan di pojok angkot. Sesampainya di jalan besar, ia turun. Ia memberikan uang Rp10.000 kepada sopir angkot dan sopir memberikan kembalian. Setelah anak itu menghitung kembalian, ternyata kembalian yang diberikan berlebih, ia kembali lagi ke sopir angkot dan memberikan Rp1.000 yang lebih itu. Saya terharu. Saya bangga kepada anak perempuan itu. Ia jujur dengan hatinya yang jujur. Ah, saya rasanya saat itu juga ingin memeluk anak perempuan itu.
Dalam sebuah perjalanan singkat saya telah diajarkan banyak hal. Yang awalnya saya kesal karena kartu perdana saya rusak, saya malah bersyukur bertemu dengan anak-anak manis itu dan sopir angkot yang baik dan lucu. Sopir angkot itu tidak segan-segan ikut masuk dalam pembicaraan anak-anak kecil. Saya tidak bisa melihat matanya dari kaca spion karena ia memakai kacamata. Dari dari senyum-senyum di bibirnya, saya tahu ia juga menikmati pembicaraan anak-anak itu seperti juga saya yang menikmati pembicaraan mereka.
Sepertinya, saya harus sering-sering melakukan perjalanan tidak direncanakan seperti itu. Siapa tahu saya akan menemukan hal baru yang sama menyenangkannya seperti hari ini.
FYI, kartu perdana saya sekarang sudah aktif lagi. Saya senang J
No comments:
Post a Comment