Saya sering menghadirkan kembali
kenangan-kenangan yang menyenangkan ketika saya takdapat lelap. Seperti malam,
atau subuh ini. Sekarang pukul 03.30, mata saya masih nyalang. Saya menyerah
pada kantuk yang takkunjung datang, padahal sudah dari pukul 00.30 saya bersiap
untuk tidur.
Kali ini kenangan yang tiba-tiba muncul adalah
kenangan semasa SMP. Ada banyak kenangan yang dapat saya munculkan dari
masa-masa itu. Satu-persatu muncul. Wajah-wajah para sahabat muncul.
Kejadian-kejadian menarik muncul.
Kenangan pertama yang muncul adalah kenangan
ketika saya duduk di bangku kelas 2. Waktu itu saya ditunjuk menjadi ketua
kelas. Saya menerimanya karena sewaktu duduk di kelas 1 pun saya menjadi ketua
kelas. Kalau tidak salah, di caturwulan ke-3 (seingat saya waktu itu belum
sistem semester) beberapa anak lelaki protes kepada wali kelas. Mereka ingin
saya turun.
Saya masih ingat kenapa mereka ingin saya
turun. Saya sekelas dengan pria jagoan di angkatan saya. Jelas dia seorang
jagoan, badannya lebih besar dan lebih kekar. Lagipula ia jago berkelahi
(tiba-tiba terlintas lagu Jagoan di film Petualangan Sherina :P).
Sang jagoan itu tidak suka dipimpin oleh seorang perempuan, karenanya dia
menghasut para lelaki pendukungnya untuk menurunkan saya dari jabatan ketua
kelas.
Awal kejadian penurunan jabatan saya karena
ocehan salah satu pendukung sang jagoan itu, seorang guru enggan mengajar di
kelas saya. Saya sebagai ketua kelas mendatangi guru tersebut dan meminta maaf.
Lalu, sekembalinya saya dari ruang guru, di kelas saya memarahi si pendukung
sang jagoan itu. Lalu sang jagoan pun turun tangan. Ia tidak suka saya memarahi
pendukungnya. Dia marah pada saya. Lalu kami berdua pun adu mulut di depan kelas.
Saya tidak ingat dari mana saya mendapatkan
keberanian menantang sang jagoan itu di depan kelas. Di puncak emosinya dia
berkata, “Untung lo cewe, kalo ngga udah gw tonjok muka lo!”. Hahahaha...
Sungguh, kalau diingat itu kejadian lucu! Saya bahkan masih ingat teman-teman
dari kelas lain sampai keluar dari kelasnya dan menonton ‘pertunjukan’ saya dan
sang jagoan. Padahal saat itu pelajaran sedang berlangsung. Bahkan guru yang
sedang mengajar pun muncul di balik jendela ruang kelas saya. Saya lupa bagaimana
adu mulut itu berakhir, tapi saya ingat setelah kejadian itu saya mendatangi
wali kelas dan saya minta mundur. Saya katakan lebih baik sang jagoanlah yang
menjadi ketua kelas. Lagipula memang itu yang diinginkan teman-teman yang
kontra pada saya.
Lalu, hal serupa pernah saya alami ketika di
kelas 3. Saya lupa apa alasan saya bertengkar dengan teman lelaki di kelas
saya. Tapi dia bukan jagoan. Waktu itu jam istirahat. Saya di sudut kelas yang
satu dan dia di sudut kelas yang lain. Dari masing-masing sudut kami
bertengkar. Itu tidak kalah hebohnya mendatangkan penonton, maklum, jam
istirahat. Saya dan dia sampai kejar-kejaran di ruang kelas. Saya bahkan mulai
melemparkan benda-benda yang dapat saya jangkau. Sayangnya tidak kena. Sampai
akhirnya saya mengambil sebuah kursi, pertengkaran itu pun dihentikan oleh
teman-teman lain yang mulai gelisah. Hahahaha... Lucu!
Bahkan sampai sekarang saya heran kenapa dulu
saya bisa bertengkar dengan dua lelaki ketika SMP. Biasanya teman-teman
perempuan saya bertengkar dengan teman-teman perempuan lainnya. Wah, itu tidak
kalah serunya! Tapi ternyata saya lebih memilih bertengkar dengan dua orang
lelaki. Dan karena saya perempuan, saya menang. Mereka tidak berani kepada
saya. Hahahaha...
Kenangan lain yang muncul adalah kenangan di
akhir kelas 3. Entah kerasukan apa, saya dan dua orang teman saya memutuskan
untuk menyatakan perasaan kepada orang yang kami sukai. Sungguh! Saya tidak
tahu kenapa saya seberani itu!
Teman pertama mengungkapan perasaannya lewat
wartel di dekat rumah saya. Waktu itu saya menemaninya. Setelah telepon
ditutup, wajahnya sumringah. Dia lega meskipun pria itu tidak merasakan hal
yang sama. Paling tidak ia lega karena ia sudah mengutarakan perasaannya.
Tinggalah saya dan seorang teman. Kami
putuskan kami akan memberi surat cinta (cieeelaaaahhh...) pada saat acara
perpisahan. Dan bodohnya saya, saya lupa membawa surat yang sudah saya
persiapkan itu! Benar-benar lupa! Mungkin saking gugupnya surat itu tidak
terbawa oleh saya. Teman saya berhasil memberikan suratnya dan ternyata
jawabannya pun sama, ia ditolak. Tapi, wajahnya tetap sumringah. Ia lega.
Tersisalah saya seorang. Awalnya saya ragu
akan memberikan surat itu atau tidak pada teman yang sudah saya sukai sejak
kelas 5 SD. Bayangkan! Saya suka pada orang yang sama selama lima tahun!
Hahahaha... Tapi karena merasa tidak enak kepada dua orang teman saya itu, saya
putuskan untuk memberikan surat ketika penandatanganan ijazah.
Saya masih ingat cara saya memberikan surat
itu. Waktu itu dia sedang berjalan masuk ke ruang penandatanganan ijazah.
Dengan cepat saya panggil namanya dan saya berikan surat itu. Saya tidak tahu
apakah banyak teman yang menyaksikan atau tidak. Saya terlalu gugup. Bahkan
setelah menyerahkan surat, saya langsung lari ke arah yang berlawanan. Saya
ingin tertawa terbahak-bahak sekarang, tapi karena sudah pukul 04.00 saya tahan
tawa saya. Bhahahahahahahahaha...
Karena perjanjiannya hanya menyatakan
perasaan, surat yang saya tulis itu isinya memang hanya pernyataan rasa suka
saya. Seingat saya, saya tidak menuliskan ingin tahu apa perasaannya pada saya.
Intinya setelah kejadian itu saya lega dan saya jadi gelisah. Mungkin rasa
gelisah saya itu datang dari pernyataan yang satu arah. Kedua teman saya tahu
jawaban atas pernyataan mereka dan saya tidak. Gelisah saya kemudian jadi rasa
canggung ketika bertemu dengan teman yang saya beri surat.
Tapi rasa canggung itu sudah hilang sekarang.
Ketika bertemu dengan teman saya itu, saya sudah biasa saja. Kadang saya lupa
kalau dulu saya pernah menyatakan perasaan saya kepadanya. Kejadian itu toh
sudah delapan tahun berlalu. Yang tertinggal hanya rasa lucu dan bingung kenapa
saya berani bertindak seperti itu.
Kenangan-kenangan semasa SMP selalu menyenangkan.
Banyak hal menyenangkan yang dapat saya ingat. Hal menyenangkan lain, saya
akrab dengan beberapa teman lelaki yang kemudian menjadi sebuah kelompok band.
Saya yang satu-satunya wanita ditunjuk menjadi manager band itu. Hahahaha...
Tugas saya adalah menyimpan uang dari mereka untuk dipakai menyewa studio band.
Saya juga bertugas mengontak tempat studio itu. Selain itu ternyata selera
musik saya juga diperhitungkan di sana. Saya jadi kritikus di kelompok band
saya. Bahkan saya pernah direkrut untuk menjadi manager band teman saya yang
lain. Tentu saja saya menolaknya karena alasan persahabatan :D
Saya juga ingat saya pernah diberi sebatang
cokelat oleh seorang guru yang dikenal galak. Guru itu tidak tanggung-tanggung
main tangan ketika ia marah. Itu tidak patut dicontoh. Tapi entah kenapa saya
tidak takut pada guru itu, saya malah menyukainya karena cara mengajarnya
menyenangkan. Kagetlah saya ketika suatu jam istirahat, saya ke ruang guru dan
diberi sebatang cokelat.
Ah, masih banyak lagi kenangan yang
menyenangkan tersimpan di ingatan saya. Mereka akan saya keluarkan
satu-persatu. Jika dikeluarkan semua, perut saya bisa keram dan air mata saya
bisa terkuras habis karena tertawa.
Selamat pagi! Azan subuh sudah berkumandang
tapi saya masih tetap tidak mengantuk. Pokoknya, selamat pagi!