Menonton film Lima Elang (LE) lantas membuat saya membanding-bandingkan film itu dengan film Petualangan Sherina (PS). Entah kebetulan atau entah memang saya yang mencari-cari, saya kira banyak kesamaan dalam kedua film tersebut.
Tokoh utama dalam kedua film itu sama-sama anak SD yang berasal dari Jakarta. Karena pekerjaan ayahnya, mereka harus pergi meninggalkan Jakarta. Dalam film LE tokoh utamanya adalah seorang anak laki-laki bernama Baron yang harus pindah ke Kalimantan dan dalam film PS tokoh utamanya adalah seorang anak perempuan bernama Sherina yang harus pindah ke Bandung.
Baron |
Sherina |
Dalam kedua film itu adegan awal dimulai dengan adegan Baron bermain mobil RC bersama sahabatnya dan Sherina bermain bersama teman-teman sekolahnya. Tempat Baron bermain bersama temannya itu di loteng rumah. Dan kebetulan Sherina juga berada di loteng rumahnya setelah ia diberitahu akan pindah ke Bandung. Di LE, dari loteng kita dapat melihat atap-atap rumah dan di PS kita akan melihat gedung bertingkat. Keduanya menggambarkan kota Jakarta, modern dan padat. Kepindahan mereka berdua pun sama-sama diantar oleh para sahabat.
Adegan berikutnya, ketika perjalanan di dalam mobil, saya temukan kesamaan. Baron dan Sherina sama-sama memandang ke luar dari balik jendela mobil. Seingat saya, keduanya juga menggambarkan pemandangan yang sama, pepohonan (tolong koreksi saya kalau salah, yang ini saya agak lupa :P). Pemandangan yang kontras dengan Jakarta.
Lalu, lagi-lagi ada kesamaan berkaitan teman yang dekat dengan tokoh utama. Dalam LE ada Rusdi, penggalang pramuka yang mengajak Baron masuk ke kelompoknya. Di pertengahan cerita diberitahu bahwa ternyata Rusdi mempunyai alergi terhadap kotoran. Jika ia kotor, ia akan gatal-gatal. Dalam PS, ada Sadam, teman sekelas Sherina yang nakal. Diceritakan Sadam mempunyai penyakit asma.
Rusdi |
Sadam |
Latar tempat yang kita temukan dalam kedua film itu juga sama. Hutan. Baron dan kawan-kawannya mengikuti Jambore Pramuka di hutan dekat Balikpapan. Sherina dan Sadam berjalan-jalan di hutan daerah Bandung Utara. Di hutan itu pula Rusdi dan Baron diculik.
Dengan kecerdikan Baron dan Sherina, mereka dapat menyelamatkan Rusdi dan Sadam. Di akhir cerita, para pemburu liar dan Kertarajasa beserta sekongkolannya ditangkap.
Bahkan, inti dari kedua film ini juga sama. Keduanya sama-sama menyindir orang-orang yang tidak bertanggungjawab terhadap bumi Indonesia ini. Dalam LE, ada pemburu hewan liar yang tentu saja memburu hewan-hewan yang hampir punah di hutan Kalimantan. Dalam PS, ada Kertarajasa yang ingin membangun tempat modern di lahan perkebunan teh di Bandung Utara.
Mungkin dapat dikatakan film LE terinspirasi dari suksesnya film PS. Itu tidak masalah. Membuat film dengan genre anak-anak lebih sulit karena banyak hal yang harus dikontrol agar anak-anak yang menontonnya tidak salah tangkap. Lepas dari banyaknya persamaan dalam kedua film ini, kedua-duanya layak ditonton entah oleh anak-anak, remaja, atau orang tua. Secara pribadi saya lebih merekomendasikan film PS.
NB1: Dalam film LE, ada hal-hal detail yang tidak diperhatikan, misalnya, logat Kalimantan yang tidak kentara. Yang membedakan hanyalah panggilan ‘lo’, ‘gue’, ‘itok’.
NB2: Menonton kembali film PS dapat membangkitkan perasaan masa kecil (kalau kalian kira-kira seumuran dengan saya) dan itu dapat membuat kalian senyum-senyum sendiri :P
No comments:
Post a Comment