Menyenangkan itu adalah ketika kamu dapat tertawa terbahak-bahak bersama para sahabat sampai tulang rahang dan perutmu keram di bawah pohon-pohon yang rindang.
Entah kenapa saya selalu suka kampus sastra
pada hari Minggu siang. Suasananya yang sepi pada hari Minggu itu membuat saya
nyaman, tidak seperti siang-siang di hari lainnya. Tidak pula di hari Sabtu
yang memang tidak ada kuliah.
Hari Minggu kemarin, ada pengenalan Teater
Djati di mabim jurusan saya. FYI, Teater Djati adalah tempat saya belajar
banyak hal, tidak hanya soal teater tapi juga soal pengembangan diri. Saya dan
teman-teman janjian berkumpul di kampus pukul 11.00, tapi entah kenapa saya
tidak datang tepat waktu. Benar saja, ketika sampai saya mendapat kabar bahwa
acara pengenalan yang tadinya dijadwalkan pukul 12.00 ternyata diundur hingga
pukul 14.00.
Awalnya beberapa dari kami sedikit kesal
karena adanya pengunduran jadwal itu, tapi lama kelamaan kami menikmati
pembicaraan di antara kami. Saya sendiri tidak masalah dengan berubahnya jadwal
itu, karena belajar dari pengalaman sudah terlalu sering jadwal
dipindah-pindahkan dan pemberitahuannya sangat mendadak.
Lalu, kami pun mulai bercanda. Satu-persatu
kami melontarkan lelucon. Satu-persatu tawa kami keluarkan. Dan akhirnya kami
pun bersatu dalam satu tawa. Saya senang. Tawa-tawa kami seolah menjadi melodi
yang memenuhi satu kampus. Cuaca yang tidak terlalu panas pun seolah menjaga
kami abadi dalam tawa yang kami hasilkan.
Rasanya sudah lama saya tidak tertawa
sedemikian lelahnya. Air mata pun beberapa kali keluar. Perut saya mulai keram
dan lama-lama tulang rahang saya jadi pegal. Tapi, selelah-lelahnya tubuh saya
tertawa, tawa adalah obat yang paling ampuh dalam mengobati berbagai hal.
Bukankah ada penelitian bahwa dengan tertawa terbahak-bahak peredaran darah
dapat menjadi lancar? Tawa juga dapat membuat awet muda. Sila cari artikelnya
:P
Lalu acara pun dimulai. Saya bertemu dengan
teman-teman baru 2011. Wajah-wajah mereka asing. Saya suka menebak-nebak apa
yang ada di pikiran mereka ketika mereka mendengar tentang teater kami.
Rasa-rasanya saya cukup senang dengan tanggapan mereka. Mereka cukup antusias.
Apalagi ketika mereka dikumpulkan dalam satu permainan.
Dalam permainan itu ada pula tawa. Ada pula
tawa yang terbahak-bahak. Rasanya menyenangkan dapat tertawa bersama
teman-teman yang baru saya kenal. Meskipun saya tidak hafal nama-nama mereka,
dan saya yakin banyak dari mereka yang lupa nama saya, rasanya menyenangkan
kami dapat tertawa bersama-sama. Saya lihat panitia pun turut larut dalam tawa.
Lagi-lagi menyenangkan melihat mereka lepas dari sosok mereka dalam
kepanitiaan. Menyenangkan merlihat mereka semua menjadi pribadi yang utuh tanpa
embel-embel mahasiswa baru, panitia, dan senior.
Tawa dapat menyatukan banyak hal. Tawa saja
bisa menular, apalagi emosi postif yang dihasilkan. Saya bersyukur karena masih
banyak tawa yang ada di sekeliling saya. Saya bersyukur karena saya masih bisa
tertawa terbahak-bahak hingga air mata menetes dan rahang serta perut
pegal-pegal. Saya bersyukur berada di tengah-tengah para sahabat yang dapat
membuat lelucon-lelucon cerdas. Saya bersyukur Tuhan menganugerahkan tawa di
hati manusia.
No comments:
Post a Comment