Tidak adanya penyaluran emosi membuat saya
frustasi. Ya, saya frustasi. Bahkan suara anak kucing yang mengeong-ngeong cari
induknya bisa membuat saya membanting pintu dan ingin lemparkan air ke tubuh
berbulu itu.
Jangan tanya. Sungguh, saya muak ditanya. Mengapa
tidak duduk manis dan menunggu? Jangan pandangi saya dengan tatapan prihatin
bahkan putus asa. Saya muak mendengar apa yang tidak ingin saya dengar. Dan telinga
memang diciptakan untuk mendengar, bahkan apa yang tidak ingin kamu dengar
bukan?
Ruang pengap ini terlalu sempit. Membuat nafas
saya satu-satu, makin memburuk ketika emosi sudah puncak di ujung kepala. Sampai
telapak tangan menggenggam keras, sampai putih dan sakit tertusuk kuku jejari.
Mari belajar mengeja. A-N-J-I-N-G
Maaf, saya mengeja. Bukan mengumpat.
Selamat malam. Semoga kalian baik-baik saja.
No comments:
Post a Comment