Black Beauty karya Anna Sewell berkisah tentang kehidupan seekor kuda bernama Black Beauty. Sudut pandangnya adalah kuda itu sendiri. Selama setengah hari saya hidup sebagai kuda. Rasanya saya bisa merasakan surai halus di leher saya.
Novel ini dijual oleh Anna pada tahun 1877.
Sayangnya, lima bulan setelah novel ini terbit, Anna wafat pada usia 58 tahun.
Ia taksempat menyaksikan suksesnya novel ini. Saya selalu tertarik dengan
kisah-kisah klasik. Mereka membawa saya masuk pada masa-masa yang hanya bisa
saya temui di imajinasi saya.
Black Beauty dilahirkan dari keturunan yang
baik di sebuah perternakan kuda. Badannya besar, kuat, dan indah. Ia juga
dipelihara dengan baik. Sama seperti manusia, perlakuan yang baik dari kecil
akan menjadikan dia sosok pribadi yang baik ketika dewasa nanti. Dengan cinta
dan kebaikan, Black Beauty tumbuh menjadi kuda yang disayangi oleh pemiliknya.
Rumah pertamanya adalah istal milik Hakim
Gordon. Di sana ia dirawat dengan baik dan penuh kasih sayang. Pada suatu
kesempatan ia akhirnya tahu bahwa kuda sebelumnya, yang meninggal pada suatu
kecelakaan, adalah saudara kandungnya. Pada akhirnya ia harus dijual karena
Hakim Gordon memutuskan untuk pindah ke luar negeri karena penyakit istrinya.
Tentu saja tidak semua pemilik Black Beauty
baik. Ada beberapa tuan yang tidak mempedulikannya. Makannya tidak dijaga,
tubuhnya tidak disikat, dan ia tidak dibisiki oleh kata-kata yang menyenangkan.
Padahal kuda suka mendengarkan suara-suara yang lembut dan menenangkan.
Berbagai pekerjaan ia jalani, dari kuda
tunggangan, kuda penarik barang, sampai kuda taxi. Black Beauty melakukan semua
pekerjaannya dengan sepenuh hati. Ia ingat akan didikan ibunya. Meskipun
tuannya tidak baik, ia selalu rendah hati dan sabar, mengerjakan pekerjaannya
dengan sepenuh hati.
Sebuah kecelakaan menjadikan lutut depannya
luka. Penampilannya tidak lagi indah, sehingga banyak pembeli yang tidak
menginginkannya. Namun karena sifatnya yang baik dan menyenangkan, ia terkadang
mendapatkan tuan yang baik pula.
Keberuntungan akhirnya berada di pihak Black
Beauty. Di akhir kisah diceritakan Black Beauty kembali diurus oleh pemuda yang
dulu pernah mengurusnya di istal Hakim Gordon. Ia tidak pernah dijual lagi. Ia
hidup tenang dan bahagia di sana.
Secara tegas novel ini menolak adanya
perlakuan tidak baik terhadap kuda. Banyak tokoh yang menyerukan tindakan
menganiaya, memukul, dan mencaci-maki kuda bukan tindakan yang terpuji. Bahkan
Anna tegas menolak kuda dijadikan ajang fashion yang ramai pada masa
itu. Buntut-buntut kuda dipotong agar nampak indah, kuda dipasangi check-rein
yang membuat kepala kuda itu berdiri tegak sehingga tidak bisa bergerak dengan
leluasa. Kuda juga punya perasaan, dan dengan ringan Anna menceritakan
kehidupan kuda dari sudut pandang kuda itu sendiri.
No comments:
Post a Comment