Kali ini seorang teman bercerita tentang patah hati. Bagaimana kakinya seketika takmampu melawan gravitasi bumi. Saya hanya bisa anggukan kepala, bukan tanda setuju, tapi saya mengerti.
Katanya, ia ingin tahu bagaimana caranya lupa. Lagi-lagi saya anggukan kepala. Saya mengerti.
Dia bertanya, mengapa saya hanya anggukan kepala tanpa seucap kata. Saya bilang padanya bahwa saya mengerti. Lanjutnya, saya katakan bahwa tidak ada cara untuk bisa lupa. Agak sedikit sok bijak saya katakan bahwa hanya waktu yang bisa membuatmu lupa. Nyatanya perasaan lebih banyak hidup di hati, bukan di kepala.
Kali ini ia angguk-angguk kepala. Mungkin dia agak setuju dengan pemikiran saya.
Betapa tidak. Itu berdasarkan pengalaman. Bahkan butuh lebih dari dua tahun bagi saya untuk bisa lupa pada seseorang dari masa lalu itu. Selama itu untuk bisa merasa sedikit tidak sakit ketika namanya disebut.
Semakin kamu mencoba lupa, semakin sulit kamu melupakan. Bahasa gaulnya mah "Let it flow". Biarkan ia mengalir jauh bersama waktu.
P.S. I Love You. Eh, salah. Ini sebuah judul. *krik krik krik krik. kok garing ya?*
NB: Ketika takada yang mau mendengar, datanglah padaku. Telinga ini siap menampung seluruh keluh-kesahmu.
No comments:
Post a Comment