Friday, February 28, 2014

Penutup

Dan hari ini pun ditutup dengan perpisahan. Seorang teman pergi dari tempat ini, harus memulai hidup baru, harus meninggalkan segala kesenangan yang pernah ia jalani selama ini. Ia akan bertemu dengan petualangan baru dan semoga segala yang baik mengikuti.

Selalu tidak suka dengan perpisahan. Dan perpisahan ini tidak dalam keriuhan biasanya. Tinggal beberapa orang dan pun tidak semua berpamitan.

Selamat tinggal pula Februari 2014. Harapku selalu sama, semoga bisa jumpa denganmu tahun berikutnya dengan pribadi yang jauh lebih baik. Semoga selalu ada kenangan manis yang kemudian ditinggalkan. Semoga bisa bertemu dengan banyak orang baik.

Selamat tinggal teman. Selamat tinggal Februari.

Salam untuk setiap daun yang lepas dari pohon lalu singgah di tanah yang basah. Semoga angin bertiup tidak terlalu keras, cukup saja memainkan helai-helai anak rambutmu.

Saturday, February 1, 2014

Surat Cinta Untukmu

Selamat tiba Februari. Semoga kamu penuh kebahagiaan dan kecerahan. Semoga kamu tetap manis dan penuh harap. Semoga kita bisa berjalan bersisian.

Tiba-tiba ingin memulai bulan ini dengan menulis surat cinta.

"Ya, surat cinta buatmu. Kamu yang sudah lama hinggap di kelopak mataku. Kamu yang membuat tidurku taknyenyak dan penuh rindu.

Sedang apa dirimu? Apa masih sibuk dengan jemari-jemarimu? Apa kau masih suka mendengarkan musik itu? Kau sudah makan? Sudah tidur?

Aku suka menatapmu diam-diam ketika kau serius membaca pesan singkat di handphone-mu. Aku kagum padamu yang tidak bisa diganggu itu. Aku suka menatapmu lekat-lekat kala kau tertawa lepas. Aku suka bertatap mata denganmu, karena matamu penuh binar anak kecil yang usil.

Apa kabar malammu? Sudahkah kamu mengagumi bulan malam ini? Bagaimana jika hujan turun nanti?

Terkadang perasaanku bagai dedaun yang runtuh dari ranting. Bergoyang bersama angin dan jatuh ke tanah. Memijak tapi hampa.

Terkadang aku seperti kaki-kaki yang berlari di atas rumput. Penuh kenyamanan yang takberkesudahan.

Terkadang aku seperti gelap, yang hanya butuh kamu agar bisa berpendar.

Aku bisa mencium aroma tubuhmu, bahkan dalam pikiranku. Aku bisa merasakan kegugupan yang tercipta kala itu. Aku bisa mendengar suaramu. Aku membayangkanmu.

Pada akhirnya surat ini tidak lagi menjadi surat cinta. Ia akan terbengkalai, lusuh, dan terabaikan. Malam terlalu pekat dan bulan terlalu malas diajak bicara. Aku hanya ingin tidur tanpa ada bayangmu di mataku.

Semoga kamu baik, Februari.