Thursday, May 2, 2013

Ulasan


ulas v, meng·u·las v memberikan penjelasan dan komentar; menafsirkan (penerangan lanjut, pendapat, dsb); mempelajari (menyelidiki): banyak surat kabar ~ keterangan pemerintah tt tindakan keuangan;
ulas·an n kupasan; tafsiran; komentar: ~ ini merupakan tanggapan atas perubahan tugas Keluarga Berencana;
~ berita ulasan di televisi mengenai berita-berita yg aktual; ~ buku pertimbangan mutu buku yg dl pembicaraannya lebih ditekankan pd penilaian ilmiah dng mengemukakan argumentasi yg cendekia; resensi; ~ pers siaran yg berisi komentar atas tajuk-tajuk surat kabar
(Sumber: KKBI Daring)


Beberapa saat yang lalu saya menge-post satu tulisan mengenai ulasan saya tentang sebuah acara. Mungkin ada beberapa dari kalian yang sempat membaca tulisan tersebut sebelum saya hapus dari tempat ini. Pertimbangan saya menghapus tulisan tersebut adalah karena saya tidak mau memikirkannya terlalu lama. Teman yang saya ceritai berkata bahwa kalau saya tidak salah, mengapa saya harus menghapus tulisan itu. Saya bukan merasa bersalah, bukan mau lari dari masalah, tapi karena tulisan itu, pikiran saya jadi ke mana-mana.

Nah, setelah peristiwa itu berlalu cukup lama, cukup membuat saya tenang, saya ingin menyinggungnya sedikit sekarang.

Tulisan itu saya buat penuh semangat. Tulisan utuh yang saya buat dalam beberapa bulan ke belakang. Terbangun dengan kondisi tubuh yang cukup letih tidak menjadikan saya malah ingin kembali melanjutkan tidur, saya duduk di depan leptop dan mulai mengetik. Selesai tulisan itu, saya share ke pihak yang bersangkutan. Niatnya sih ingin berbagi pengalaman yang saya dapatkan. Tapi ternyata, reaksi yang diberikan berbeda dari yang saya bayangkan. Tulisan saya dikritik. Tidak masalah. Toh bukan kali pertama. Tapi, yang bikin saya sesak napas adalah ketika Beliau mengatakan bahwa tulisan saya tidak sesuai fakta dan kalau sudah menyangkut sebuah institusi janganlah sampai saya menulis hal yang salah. Lebih baik saya tidak usah nge-blog dan menulis hal yang salah. Deg. Nasi yang baru saya telan langsung tersangkut dan saya langsung sesak napas.

Saya jelaskan bahwa itu review. Re dan view. Re itu mengulang dan view itu pandangan, jadi artinya mengulang pandangan. Oke, abaikan arti kata yang kacau ini. Saya jelaskan bahwa tulisan itu adalah sebuah review. Sebuah ulasan. Itu merupakan komentar saya, yang subjektif, terhadap acara tersebut. Dan tetap saya diberitahu bahwa hal itu tidak sesuai dengan fakta. Yang Beliau maksud tidak sesuai dengan fakta adalah capaian acara yang dimaksud. Kata saya tujuan acara itu A, B, dan C. Kata Beliau A dan B. Subjektif.

Nah, bukankah wajar kalau dalam suatu acara ada orang yang tidak sepaham dan setujuan dengan maksud panitia acara tersebut? Yah, mungkin saya tidak terlalu berkonsentrasi sehingga saya melewati beberapa bagian acara dan membuat saya jadi salah kaprah terhadap acara tersebut. Tapi, tidak bolehkah saya berbicara sesuai dengan fakta yang saya terima? Salahkah saya ketika saya tidak bertanya ketika sesi tanya jawab berlangsung? Saya mengerti apa yang disampaikan kok.

Sejujurnya saya sangat kecewa dan sedih atas tanggapan tersebut. Hal itu membuat saya langsung mimpi buruk ketika tidur siang harinya. Beneran! Ini fakta! Tidak menyangka saya bahwa ulasan yang harus saya tulis itu harus sesuai fakta yang ia maksudkan. Sedangkan ini ulasan saya tentang fakta yang saya masudkan. Berarti ada miskomunikasi di sini.

Saya minta maaf kalau tulisan saya menyinggung berbagai pihak. Sungguh, saya menulis ini dan itu berdasarkan keinginan saya untuk terus belajar menulis. Kalau tulisan saya salah, tolonglah saya dibimbing jangan malah saya disuruh berhenti untuk menulis. Sia-sia skripsi yang saya buat tahun lalu kalau harus sesuai dengan fakta pengarangnya. Skripsi saya yang berisi penafsiran kematian Sapardi Djoko Damono lewat puisinya belum tentu sepaham dengan Sapardi sendiri ketika menulis puisi itu. Sedih deh saya jadinya :(

Selamat hari Rabu. Semoga matahari lebih bersahabat hari ini :)

No comments:

Post a Comment