Tuesday, October 25, 2011

Les Choristes (The Chorus)

Film Les Choristes (The Chorus) dibuat pada tahun 2004. Kalau tidak salah pertama kali saya tonton film ini sekitar tahun 2008/2009. Dan belakangan ini, saya berkali-kali lagi menontonnya.

Film ini bercerita tentang seorang pengawas sekolah bernama Clement Mathieu. Mathieu mulai bekerja di Fond de L’Etang pada tanggal 15 Januari 1949. Fond de L’Etang adalah sebuah sekolah dan asrama milik pemerintahan yang menampung anak-anak miskin dan terlantar.



Mathieu pada dasarnya seorang musisi. Awalnya ia tidak ingin melanjutkan hasrat menulis musiknya, namun ketika ia mendengar anak-anak itu bernyanyi, ia mulai menemukan ide-idenya. Ia kemudian membentuk paduan suara. Anak-anak yang kebanyakan nakal itu dilatihnya bernyanyi.

Clement Mathieu
Tidak hanya mengajarkan musik, Mathieu pun membawa suasana baru di tempat itu. Kepala sekolahnya, Rachin, merupakan seorang pria yang keras dan disiplin. Motonya adalah Action, Reaction! Jika seorang anak berbuat salah, ia akan mendapatkan hukuman yang setimpal, biasanya hukuman kurungan, pukulan, dan membersihkan sekolah. Tapi Mathieu tidak turut menerapkan displin semacam itu.

Seorang anak dengan suara indah memikat Mathieu dan saya (lho). Anak itu bernama Pierre Morhange. Wajahnya tampan, menarik, bahkan dapat dikatakan cantik. Julukannya adalah wajah malaikat. Tapi ia nakal. Ia mencoba untuk menjadi anak nakal. Mungkin untuk menujukkan bahwa ia seorang anak lelaki, tidak peduli wajahnya rupawan.


Pierre Morhange
Lagu-lagu indah disajikan dalam film ini. Dengan suara emas Morhange dan keahlian Mathieu, musik dapat didengar dipenjuru sekolah. Bangunan yang tadinya suram tampak lebih hidup.



Masalah muncul ketika seorang anak nakal, Mondain, pindah ke sana. Ia tidak mau menaati peraturan. Ia menghasut beberapa anak untuk tidak percaya pada guru, bahkan pada diri mereka sendiri. Mondain beberapa kali terlibat masalah, beberapa kali pula ia dikurung. Sampai pada akhirnya ia kabur dan ditangkap oleh polisi. Ia dibawa kembali ke Fond de L’Etang. Ia juga dituduh mencuri uang untuk kebutuhan sekolah. Dan kemudian dia dikembalikan ke sekolahnya yang dulu.

Kebaikan dan kepercayaan Mathieu terhadap anak-anak dan musik membawa pengaruh baik pada sekolah itu. Guru-guru lain yang awalnya keras, mulai menunjukkan sifat aslinya. Bahkan sifat keras Rachin pun mulai sedikit mencair.

Di akhir diceritakan terjadi kebakaran di Fond de L’Etang. Saat itu tidak ada siapa-siapa di sana. Rachin sedang menghadiri rapat, guru-guru sedang pergi berlibur, dan Mathieu mengajak anak-anak keluar untuk menikmati udara musim panas. Ternyata kebakaran itu disebabkan oleh Mondain. Mungkin ia kabur dari sekolahnya. Ia dendam pada Rachin yang menuduhnya mencuri uang sekolah, yang memang bukan ia yang mencurinya, dan akhirnya membakar Fond de L’Etang.

Rachin memecat Mathieu karena Mathieu meninggalkan sekolah bersama murid-muridnya tanpa persetujuan Rachin. Mathieu pun pergi tanpa perpisahan dengan anak didiknya. Namun anak-anak itu tahu ia dipecat. Mereka menerbangkan kertas-kertas yang bertuliskan ‘Selamat tinggal’ kepada Mathieu dari jendela kelas. Mereka melambaikan tangan dan bernyanyi. Mereka bahkan mengunci diri mereka di kelas.

Pepinot, seorang anak yatim-piatu, memaksa ikut dengannya. Awalnya Mathieu menolak, namun akhirnya ia membawa serta Pepinot.

Setelah Mathieu pergi, guru-guru yang lain, Chambert dan Mr. Langlois, serta penjaga sekolah, Maxence, melaporkan keburukan-keburukan Rachin. Rachin pun harus pergi dari Fond de L’Etang. Morhange keluar dari sekolah itu. Ia hidup bersama ibunya dan bersekolah di Lyon.

Pepinotlah yang membawa buku harian Mathieu kepada Morhange lima puluh tahun kemudian. Ia memberikan buku harian itu untuk menujukkan kebenaran yang terjadi selama hidup di Fond de L’Etang. Morhange saat itu sudah menjadi seorang komposer yang terkenal. Berkat Mathieulah, Morhange mendapatkan beasiswa di sekolah musik Lyon.

Alasan saya menyukai film ini mungkin karena dalam film ini ada lagu-lagu indah yang nyaman di telinga saya. Saya suka film yang berkaitan dengan musik dan lagu-lagu, seperti Tangled, Copying Beethoven, August Rush, Lion King, dan sebagainya.

Tidak hanya lagu, saya suka pemikiran Mathieu yang percaya bahwa kekerasan bukanlah jalan satu-satunya untuk menerapkan disiplin. Ia menggunakan bakat, intuisi, dan kesabaran. Ia merangkul satu persatu anak. Ia beri mereka kepercayaan dan harapan. Dan itu berhasil. Anak-anak yang awalnya nakal itu berubah. Mereka dapat menjadi lebih disiplin dibandingkan ketika mereka diberi kekerasan.

Mathieu juga bukan orang yang memikirkan diri sendiri. Ia jatuh cinta kepada ibu Morhange, Violetta. Namun ternyata cintanya taksampai. Violetta menemukan pria lain dan menganggap Mathieu adalah seorang yang membawa keberuntungan bagi hidupnya. Bisa saja ia melampiaskan rasa patah hatinya kepada Morhange, tapi memang pada dasarnya ia baik hati, ia malah terus mendorong Morhange untuk berkarya.

2 comments:

  1. ini udah jadi data film?
    minta donk
    dvdnya ga bisa diputer di saya mahhh

    ReplyDelete
  2. Udah dongsss. Udah gw convert. Ntar kalo kita ketemu ambil aja.

    ReplyDelete