Friday, April 20, 2012

Sidang Sarjana, 19 April 2012


“Masuk, Fega. Kan biasanya tiap bulan juga masuk ruang sidang. Ayo, masuk.”

Pun tiba-tiba membuat debaran di dada ini semakin berdegup semakin cepat. Omongan seorang dosen itu pun membuat saya sadar bahwa seharusnya saya bisa menghadapi yang ada di dalam ruang sidang itu. Ruang sidang. Ya, akhirnya saya masuk ke ruangan itu sebagai mahasiswa yang akan disidang. Puji Tuhan!

19 April 2012. Hari penentuan saya sebagai mahasiswa. Seluruh usaha selama enam tahun ini akan dipertaruhkan dalam ruang asing itu. Asing, karena kami tidak sidang di tempat biasanya. Secara kebetulan seluruh ruang sidang sarjana strata satu penuh hari itu. Akibatnya kami harus mencari ruang sidang lain, ruang sidang pascasarjana. Ruang asing yang membuat saya bertambah gugup ketika memasukinya.

Puji Tuhan. Segala syukur saya panjatkan karena ternyata tanggal 19 April 2012 masih terdiri dari 24 jam. Dia masih bisa saya lewati. Dan saya berhasil, kawan. Segala rasa bercampur, gelisah, takut, kecewa, senang, lega. Menjadikan badan lelah namun bahu bisa bernafas dengan lega.

Rasa syukur juga terucap kala saya bisa sidang bersama dua orang sahabat saya, Chagie dan Suneo. Bersama mereka, kami menghadapi satu rasa. Berdebar-debar dalam hiruk-pikuk pikiran masing-masing. Waktu yang telah lama kami tunggu. Kami mampu melewatinya.


Air mata bahkan takmampu tertahan. Wujud syukur, gembira, lega, dan sedih mengalir begitu saja kala tangan-tangan dosen menggenggam erat dan tepukan ringan di kepala. Segala ucapan selamat berhamburan dan kata ‘akhirnya’ menjadikan saya terenyuh. Ya, bahkan kebanyakan dosen berkata, “Akhirnya Fega lulus juga, ya.” Betapa tidak hati saya berkabung. Kabung gembira dan sedih.

Akhirnya saya lulus, kawan. Kata yang selama ini hanya bisa saya bayangkan dan kini nyatanya bisa saya dapatkan. Berbelas bulan berlalu ketika para sahabat meninggalkan sisi saya dan kini saya dapat menyusul mereka, masuk ke dalam dunia nyata. Berpisah dari kenyamannya ruang ini, masuk ke ranah yang makin tidak bisa saya pahami.

Terima kasih kepada kalian semua yang telah mendoakan. Terima kasih atas setiap doa, semangat, dan pesan bahwa saya bisa. Terima kasih karena ternyata kalian juga berucap, “Akhirnya lulus juga yah, Fe.” Terima kasih atas segala, kawan. Terima kasih! Tuhan memberkati.


2 comments:

  1. SELAMAAAAAT, Jeng Fe!!!

    Turut Berbahagia.
    Berbanggalah, kata-katamu sekarang sudah bisa jadi kutipan, Jeng Fe! ayey!

    ReplyDelete
  2. makasih, wenceuuu...
    makasih pisaannn :*

    ReplyDelete