Monday, April 23, 2012

Danur - Risa Sarasvati


Ketika sebuah buku sedang ramai dibicarakan, belum tentu saya juga akan ikut-ikutan membacanya. Saya bukan orang yang membaca sebuah atas dasar ikut-ikutan. Sebuah buku punya caranya sendiri, yang lebih dari sekadar pembicaraan, untuk bertemu dengan pembacanya. Begitu pula dengan buku Danur karya Risa Sarasvati ini.

  
Buku ini sudah lama dibicarakan orang dan saya baru bertemunya tanggal 18 April 2012 kemarin. Kenapa tanggalnya bisa jelas saya ingat? Karena besoknya saya sidang sarjana. Hehehe... :P Hari itu saya singgah di tempat teman saya dan menemukan buku itu tergeletak di meja. Saya pun mulai membacanya karena saya memang ingin mencari buku bacaan. Tidak disangka ketika membaca cerita-cerita pertama dalam buku ini membuat saya ingin memilikinya. Saya penasaran dengan kisah-kisah di balik kelima sahabat kecil Risa.

Kematian mereka mengingatkan saya akan sebuah buku, yaitu Disguised yang bercerita tentang anak perempuan Belanda pada masa penjajahan Jepang di Indonesia. Mereka sama-sama keturunan Belanda, sama-sama masih anak-anak, dan sama-sama harus menderita meskipun jelas penderitaan mereka jauh berbeda. Rita, tokoh dalam Disguised, jauh lebih beruntung dibandingkan dengan Peter, Hans, Henderick, William, dan Janshen. Rita masih bisa merasakan dunia sampai ia dewasa namun kelima sahabat Risa tetap abadi dalam jiwa kanak-kanak mereka.

Saya pun kemudian mencari di beberapa toko buku di daerah ini dan tidak menemukannya. Sampai akhirnya saya putuskan ke toko buku besar yang pasti menjual buku itu. Dan lanjutlah saya membaca.

Ketika malam datang, saya bingung. Di satu sisi saya penasaran akan kisah-kisah mereka tapi di sisi lain saya ketakutan dengan imajinasi yang saya keluarkan ketika membaca buku itu. Penasaranlah yang akhirnya menang. Buku itu pun segera habis saya baca.

Segala kesedihan menyeruak di balik kepergian mereka. Tidak hanya kelima sahabatnya, Risa juga menceritakan beberapa kisah yang mungkin paling menarik baginya. Kisah-kisah itu menyedihkan, menjadikan saya berpikir apa benar ini kisah nyata mereka yang dulu pernah menjadi manusia. Namun hidup di dunia ini bukan hanya dari apa yang kita lihat dengan mata kita bukan?

Anak-anak tidak pernah mengerti mengapa orang dewasa harus bertindak kejam ketika keinginan tidak bisa didapatkan. Mereka tidak mengerti apa itu penjajahan, apa itu peperangan. Mereka tidak bisa memilih hidup sebagai orang dari negara apa. Dan mereka pun akhirnya menjadi korban ketika orang dewasa merasa tidak puas akan hidupnya. Anak-anak tidak bisa membalas, tidak bisa melawan, hanya bisa menangis ketika mereka disakiti dan ditinggal oleh orang-orang yang mereka sayangi. Selamanya mereka akan menjadi korban dan diam dalam ketidaktahuan.

No comments:

Post a Comment