Saturday, September 22, 2012

Hilang


            Ia hanya bisa pandangi tubuh lemah di hadapannya. Takhenti tangannya eluskan semangat. Berharap semua akan baik-baik saja.
            Baginya, dunia gelap. Hujan turun begitu deras sampai lupa memanggil pelangi. Udara begitu dingin, bahkan matahari malas menggantung tinggi.
            “Kamu pasti baik-baik aja, Ra. Kamu pasti kuat, Ra,” tapi air mata terus menetes. Jatuh dari setiap semangat yang diucapkan.
Hidupnya tidak akan lagi sama. Hatinya tidak akan lagi sempurna. Separuhnya jiwanya hilang dibawa istrinya yang takberdaya.
Ia abaikan denyut jantung yang menurun. Ia abaikan kenyataan yang ada di hadapannya.
“Kamu ngga sendiri, Ra. Bangun, Ra.”
Dan bunyi panjang tanpa putus ternyata menyadarkannya bahwa hidup bukan miliknya. Tinggal tangan yang mendingin yang menyambungkan hatinya pada istrinya dan tetes air mata yang mengantarkannya.

No comments:

Post a Comment