Saturday, December 15, 2012

Andika



Saya yang sering sulit tidur kadang memunculkan beberapa kenangan. Kadang kenangan itu muncul sendiri tanpa diminta. Semalam, dalam gelap kamar, seorang teman yang sudah tenang di surga muncul dalam kepala saya.

Halo, Ndi. Sedang apa di sana? Surga pasti penuh hiasan Natal ya?

Andika sudah pergi mendahului kami nyaris tiga tahun yang lalu. Atau dua tahun lalu? Bener kan, Ndi? Sebentar lagi tahun baru dan tidak ada SMS darinya lagi yang mengajak kami bakar-bakar makanan di rumah salah seorang teman.

Yang paling saya rindukan dari Andika adalah pesan singkat ketika perayaan Natal, Paskah, tahun baru, dan ulang tahun saya. Andilah yang pertama memberi ucapan pada perayaan-perayaan itu karena sejak SMA kelas 3 ia pindah ke Australia. Waktu di sana lebih cepat dan SMS-nyalah yang pertama kali masuk.

Hari itu, ketika berulang tahun ada yang aneh padanya. Saya telah menunggu SMS darinya sepanjang hari. Hal itu selalu hal yang saya nantikan karena Andi memang ingat pada hal-hal kecil tentang teman-temannya. Namun, bahkan sampai hari berganti pun SMS takkunjung datang. Bulan Maret tiba, dan Andi akan berulang tahun. Lalu, siang itu sebuah telepon tidak dikenal masuk. Saya yang baru bangun tidur mengangkatnya setengah tidak sadar.

Teman SMP saya menelepon. Kabar yang disampaikannya sampai membuat saya bangun seperti disiram air. Andika meninggal. Berkali-kali saya tanyakan apakah hal itu benar, takut saya masih bermimpi. Bukankah kita baru merayakan tahun baru bersama?

Dengan kalut saya pergi ke warnet dekat kosan saya, mencoba mencari tahu lewat facebook. Jejari saya bahkan takhenti bergetar ketika menekan tuts-tuts keyboard. Air mata mulai berurai, takkunjung henti ketika melihat ucapan belasungkawa yang sudah memenuhi wall Andi. Ia pergi. Untuk selama-lamanya ia pergi.

Kepergian Andi begitu mengejutkan. Kami tidak tahu bahwa selama ini ia menderita sakit yang cukup serius karena ia tidak pernah menceritakan dan mengeluhkannya pada kami. Andi yang selama ini kami temui adalah Andi yang biasa, yang penuh dengan energi dan positivitas. Dalam tubuhnya ternyata penyakit sudah bersarang.

Ah, main futsal sama siapa di sana, Ndi? Gimana nanti tahun baru? Baik-baik yah, Ndi.

 

No comments:

Post a Comment