Friday, January 20, 2012

"Aku Rindu"


Ada seorang teman yang berkata bahwa saya hidup berdasarkan masa lalu. Mungkin benar, karena toh tanpa masa lalu tidak akan ada masa sekarang dan masa depan (alasan klasik tapi ini asik :P). Mungkin juga ada benarnya bahwa saya tidak bisa lepas dari masa lalu saya. Saya ingin menjadikan masa lalu saya itu sebagai bagian dari setiap pembelajaran perjalanan hidup saya. Tapi tidak pun sepenuhnya benar, karena banyak dari masa lalu saya yang bahkan ketika saya mengingatnya asam lambung saya naik ke tenggorokan, berteriak minta dikeluarkan.

Saya selalu suka kenangan. Siapa yang tidak suka mengenang masa-masa indah bersama orang-orang yang kita kasihi. Siapa yang tidak pernah mengenang masa-masa pahit dan selalu berharap hal itu tidak akan pernah terjadi di masa yang akan datang. Selalu saya tegaskan, untuk diri saya sendiri, indah atau pun pahit masa-masa itu, mereka tetap satu nama, kenangan. Mereka sudah menjadi satu menjadi kenangan, menjadi bagian dari hidup saya sekarang ini.

Ketika saya membuka satu folder di leptop yang berisi foto-foto saya dan teman-teman kuliah saya, saya merasakan ada yang mengganjal di tenggorokan saya. Rasa rindu yang tidak bisa dijangkau. Rasanya sakit. Lebih sakit ketimbang duri ikan yang tersangkut di sana. Duri ikan masih bisa dikeluarkan (caranya: telan nasi tanpa dikunyah) tapi rasa rindu? Ah...

Banyak hal tentang mereka yang saya rindukan. Terlebih folder yang saya lihat berisi foto-foto ketika kami menjadi panitia mabim (masa bimbingan) di tahun 2007. Masa-masa itu adalah masa-masa ketika kami saling menaruh kepercayaan dan pengharapan pada hati satu sama lain. Saling bergandengan tangan meski kadang getar mencoba melepaskan genggaman. Oke, saya mulai berlebihan :P

Pada akhirnya saya rindu melihat canda tawa mereka. Saya rindu kehadiran mereka di sekeliling saya. Saya rindu duduk di lorong kelas, menunggu dosen datang mengajar. Saya rindu melihat punggung-punggung yang familiar ketika mereka duduk menghadap papan tulis. Saya rindu semua tentang mereka.

Kini kami berbeda ruang dan waktu. Tapi langit di atas kepala kami tetap sama. Kenangan yang kami buat dalam jangka waktu singkat itu pun perlahan-lahan akan tergantikan dengan kenangan yang akan kami buat nanti. Lagipula saya tahu, bukan hanya saya yang merasakan ganjalan di tenggorokan ini. Saya yakin, paling tidak ada seorang di antara mereka yang juga kadang tersenyum melihat gambar-gambar kenangan itu dan berkata, “Aku rindu”.

Time present and time past
Are both perhaps present in time future
And time future was present in time past
–T.S. Eliot

No comments:

Post a Comment