Sunday, January 1, 2012

Nenek Hebat dari Saga

"Saat jarum jam dinding berputar ke kiri, orang akan menganggapnya rusak dan membuangnya. Manusia pun tidak boleh menengok ke belakang, terus maju dan maju, melangkah ke depan!"
Membaca ulang Saga no Gabai Bachan (Nenek Hebat dari Saga) karya Yoshichi Shimada tidak menjadikan saya bosan. Membacanya tetap membuat saya tersenyum, tertawa, berkaca-kaca, dan berpikir lebih dalam seperti anak kecil dalam buku ini.

Buku ini berdasarkan kisah hidup pengarangnya sendiri, semasa ia tinggal bersama neneknya di Saga. Karena bom atom yang dijatuhkan di Hirosima, ayahnya meninggal. Ibunya mencari nafkah untuk dia dan kakaknya. Namun, karena pekerjaan, anak kecil itu dikirim ke rumah neneknya.

Dari miskin jadi miskin. Namun cucu dan nenek itu miskin yang ceria. Selalu ada tawa meskipun besok belum tentu ada nasi untuk dimakan.

Nenek hebat itu menjadikan segala sesuatunya berharga. Ia beranggapan bahwa segala sesuatu itu dapat berguna. Tulang ikan yang tidak bisa dimakan dapat dihancurkan untuk menjadi pakan ayam. Kulit semangka yang biasanya dibuang, diubah olehnya menjadi acar kulit semangka.

Bahkan miskin pun tidak menjadikan nenek lupa mengucap syukur kepada Budha. Setiap pagi setelah memasak nasi, nenek mengajarkan kepada cucunya untuk mempersembahkan nasi itu kepada Budha. Sambil mempertemukan kedua telapak tangan, ia merapalkan. "Nanmandabu, nanmandabu".

"Miskin yang ceria" adalah tema yang diangkat oleh Shimada. Kemiskinan tidak menjadikan keluarga itu berkeluh kesah dan terpuruk dalam kesedihan. Membacanya pun membuat saya berpikir jika kita menjalani hidup seperti itu, segalanya akan nampak mudah. Seperti yang ditulis sendiri oleh Shimada, "Sebenarnya tidaklah sulit untuk mencapai itu. Kita hanya perlu menikmati apa pun yang terjadi dalam hidup, menyantap dengan bersyukur makanan apa pun yang ada di depan mata, lalu hidup dengan tawa setiap harinya."

Apakah di masa sekarang ini masih ada orang yang berpikiran seperti nenek hebat dari Saga ini? Bahkan orang-orang di sekitar saya, dan bahkan diri saya sendiri pun masih kerap mengeluh dengan apa yang kami miliki. Hal-hal yang tidak tercapai malah menjadi sumber kekecewaan yang besar, tidak malah menjadikannya sumber pengharapan baru di masa yang akan datang.

Tidak salah saya memutuskan membaca ulang buku ini di hari pertama tahun 2012. Semoga kisah-kisah hebat ini melekat pada hati saya dan semua orang yang membacanya, untuk mengingatkan kita senantiasa berbuat baik setiap harinya.

No comments:

Post a Comment