Monday, May 14, 2012

Wisuda, 9 Mei 2012


Lutut seketika kehilangan kendalinya untuk tegak ketika kami menyanyikan Hymne Unpad. Bayangan-bayangan masa lalu pun seketika terkelebat, lewat di dalam kepala. Lagu itu menandakan bahwa saya harus pergi, meninggalkan segala sesuatu yang saya sayangi selama hampir enam tahun ini, para sahabat, para dosen, gedung-gedung kampus, suasana yang menyenangkan, dan Djati. Mereka harus saya tinggalkan.

Ketika sesi pengucapan terima kasih kepada orang tua yang diwakili oleh beberapa wisudawan tampak pada layar besar di depan, di sana-sini terdengar tepuk tangan pula sedu-sedan. Tanda haru dan bahagia. Ketika doa ucapan syukur dikumandangkan, lagi-lagi sedu-sedan menggema dalam ruang besar itu. Tapi keduanya tidak cukup membuat saya ikut terenyuh. Namun ketika kami menyanyikan Hymne Unpad, segala pertahanan saya runtuh. Saya jatuh pada kesedihan yang tidak bisa saya hapuskan. Lagu itu tiba-tiba mengingatkan saya pada semua hal yang pernah saya rasakan dan harus saya tinggalkan. Dan ketika Djati pun turut serta masuk ke kepala saya, saya takbisa menahannya. Sakit.

Akhirnya hari itu terlalui. 9 Mei 2012 masih 24 jam, masih bisa dilalui. Banyak wisudawan bergembira, larut dalam euforia. Namun lagi-lagi tidak bagi saya. Ini sudah bukan lagi euforia, ini sudah jadi antiklimaks bagi saya. Jika hidup bisa semudah film-film yang saya tonton, saya berharap bisa mempercepat hari kemarin dengan remot kontrol. Dengan setengah hati hari itu harus saya lalui. Dengan hal-hal yang tidak bisa saya pahami kenapa harus terjadi, hari itu dapat saya lalui.

Kini, ada sesuatu yang kopong tertinggal. Bukan lega yang saya dapat, tapi ketiadaan yang harus saya terima. Kopong yang hanya bisa diisi dengan waktu yang akan semakin dewasa. Bayangan yang selama ini samar di mata saya ternyata semakin samar ketika bayang sudah jadi nyata. Tidak seperti yang saya harap dapat saya rasakan.

Bahagia pasti. Rasa itu terselip di sudut terdalam. Apalagi bisa memakai jubah kebanggaan, keluar dari Graha Sanusi bersama para sahabat di waktu yang memang tepat bagi kami. Tapi, banyak kata tapi yang kemudian mejadikan semuanya bertentangan dan berhalangan.

Ah, terima kasih almamaterku, Padjadjaran. Banyak hal tentangmu yang masih patut diperjelas dan dipertanggungjawabkan. Dan banyak hal tentangmu pula yang masih patut dikenang. 

Terima kasih beribu kepada para sahabat yang telah menyempatkan diri hadir dan menanti di halaman untuk sekadar mengucap selamat dan memberi peluk hangat. Tuhan memberkati :) 


No comments:

Post a Comment