Lutut seketika kehilangan kendalinya untuk
tegak ketika kami menyanyikan Hymne Unpad. Bayangan-bayangan masa lalu pun
seketika terkelebat, lewat di dalam kepala. Lagu itu menandakan bahwa saya
harus pergi, meninggalkan segala sesuatu yang saya sayangi selama hampir enam
tahun ini, para sahabat, para dosen, gedung-gedung kampus, suasana yang
menyenangkan, dan Djati. Mereka harus saya tinggalkan.
Ketika sesi pengucapan terima kasih kepada
orang tua yang diwakili oleh beberapa wisudawan tampak pada layar besar di
depan, di sana-sini terdengar tepuk tangan pula sedu-sedan. Tanda haru dan
bahagia. Ketika doa ucapan syukur dikumandangkan, lagi-lagi sedu-sedan menggema
dalam ruang besar itu. Tapi keduanya tidak cukup membuat saya ikut terenyuh.
Namun ketika kami menyanyikan Hymne Unpad, segala pertahanan saya runtuh. Saya
jatuh pada kesedihan yang tidak bisa saya hapuskan. Lagu itu tiba-tiba
mengingatkan saya pada semua hal yang pernah saya rasakan dan harus saya
tinggalkan. Dan ketika Djati pun turut serta masuk ke kepala saya, saya takbisa
menahannya. Sakit.
Akhirnya hari itu terlalui. 9 Mei 2012 masih
24 jam, masih bisa dilalui. Banyak wisudawan bergembira, larut dalam euforia.
Namun lagi-lagi tidak bagi saya. Ini sudah bukan lagi euforia, ini sudah jadi
antiklimaks bagi saya. Jika hidup bisa semudah film-film yang saya tonton, saya
berharap bisa mempercepat hari kemarin dengan remot kontrol. Dengan setengah
hati hari itu harus saya lalui. Dengan hal-hal yang tidak bisa saya pahami
kenapa harus terjadi, hari itu dapat saya lalui.
Kini, ada sesuatu yang kopong tertinggal. Bukan
lega yang saya dapat, tapi ketiadaan yang harus saya terima. Kopong yang hanya
bisa diisi dengan waktu yang akan semakin dewasa. Bayangan yang selama ini
samar di mata saya ternyata semakin samar ketika bayang sudah jadi nyata. Tidak
seperti yang saya harap dapat saya rasakan.
Bahagia pasti. Rasa itu terselip di sudut
terdalam. Apalagi bisa memakai jubah kebanggaan, keluar dari Graha Sanusi
bersama para sahabat di waktu yang memang tepat bagi kami. Tapi, banyak kata
tapi yang kemudian mejadikan semuanya bertentangan dan berhalangan.
Ah, terima kasih almamaterku, Padjadjaran.
Banyak hal tentangmu yang masih patut diperjelas dan dipertanggungjawabkan. Dan
banyak hal tentangmu pula yang masih patut dikenang.
Terima kasih beribu kepada para sahabat yang telah menyempatkan diri hadir dan menanti di halaman untuk sekadar mengucap selamat dan memberi peluk hangat. Tuhan memberkati :)
No comments:
Post a Comment