Saturday, September 24, 2011

Absurd

ab.surd a tidak masuk akal; mustahil (KBBI, 2007:3)


Akibat dari perbincangan dengan seorang teman, saya terpukau dengan kata di atas, absurd. Kami membahas sebuah teater yang baru kami tonton. Lalu kata itu keluar dari mulut saya. Teman saya pun berkata bahwa ia tidak mengerti apa makna absurd yang saya lontarkan. Dia menjelaskan bahwa menurut Camus absurd dalam teater itu terletak pada sebuah tema. Ia pun kemudian memberi contoh lain bahwa Teater Mini Kata – Rendra itu absud, dalam bentuk pementasannya. Batasan absurd itu sendiri kadang membingungkan. Dia berkata dia sendiri menjadi absurd.

Saya lantas berkata, “Nah, itu dia absurd.” Kemudian saya berpikir bahwa absurd yang dimaksud oleh para pemikir itu adalah absurd yang seperti itu. Saya pikir absurd itu muncul karena sebuah perbandingan. Jika ia hanya menonton pementasan dari karya A saja, ia tidak akan tahu apa itu absurd. Jika ia menonton pementasan dari karya A dan ia juga menonton pementasan dari karya B, kemudian ia akan membandingkan, dan akan ditemukan apa itu absurd.

Sama seperti rasa, saya kira absurd itu sendiri relatif. Ketika orang berkata bahwa buku itu absurd, bahwa pementasan itu absurd, atau lukisan itu absurd, belum tentu saya akan berpikiran sama dengan orang itu. Sama halnya ketika saya berkata bahwa itu absurd dan teman saya itu menanyakan apa yang absurd dan dia tidak sependapat. Pemikiran kami tentang batasan absurd itu berbeda. Kemudian, dari pembicaraan tentang absurd itu membuat kami sendiri menjadi absurd. Itulah absurd yang benar-benar absurd (oke, saya mulai merasa kalimat tadi absurd sekali :D).

Lalu, saya seketika dilanda rasa absurd dan saya lupa saya ingin menuliskan apa. Hahahaha... Tiba-tiba ini semua menjadi lucu :D Nanti akan saya lanjutkan. Mudah-mudahan :D

No comments:

Post a Comment