Friday, November 11, 2011

Black Beauty - Anna Sewell

Cover-nya berwarna hitam. Dengan gambar anak perempuan kecil sedang membelai seekor kuda berwarna hitam. Begitu manis dan memikat saya ketika melihatnya. Ternyata, ketika membacanya saya tidak bisa berhenti. Saya habisnya buku setebal 374 halaman ini dalam setengah hari. Rasanya seperti mereguk es jeruk di siang yang terik. Segar.


Black Beauty karya Anna Sewell berkisah tentang kehidupan seekor kuda bernama Black Beauty. Sudut pandangnya adalah kuda itu sendiri. Selama setengah hari saya hidup sebagai kuda. Rasanya saya bisa merasakan surai halus di leher saya.

Novel ini dijual oleh Anna pada tahun 1877. Sayangnya, lima bulan setelah novel ini terbit, Anna wafat pada usia 58 tahun. Ia taksempat menyaksikan suksesnya novel ini. Saya selalu tertarik dengan kisah-kisah klasik. Mereka membawa saya masuk pada masa-masa yang hanya bisa saya temui di imajinasi saya.  

Black Beauty dilahirkan dari keturunan yang baik di sebuah perternakan kuda. Badannya besar, kuat, dan indah. Ia juga dipelihara dengan baik. Sama seperti manusia, perlakuan yang baik dari kecil akan menjadikan dia sosok pribadi yang baik ketika dewasa nanti. Dengan cinta dan kebaikan, Black Beauty tumbuh menjadi kuda yang disayangi oleh pemiliknya.

Rumah pertamanya adalah istal milik Hakim Gordon. Di sana ia dirawat dengan baik dan penuh kasih sayang. Pada suatu kesempatan ia akhirnya tahu bahwa kuda sebelumnya, yang meninggal pada suatu kecelakaan, adalah saudara kandungnya. Pada akhirnya ia harus dijual karena Hakim Gordon memutuskan untuk pindah ke luar negeri karena penyakit istrinya.

Tentu saja tidak semua pemilik Black Beauty baik. Ada beberapa tuan yang tidak mempedulikannya. Makannya tidak dijaga, tubuhnya tidak disikat, dan ia tidak dibisiki oleh kata-kata yang menyenangkan. Padahal kuda suka mendengarkan suara-suara yang lembut dan menenangkan.

Berbagai pekerjaan ia jalani, dari kuda tunggangan, kuda penarik barang, sampai kuda taxi. Black Beauty melakukan semua pekerjaannya dengan sepenuh hati. Ia ingat akan didikan ibunya. Meskipun tuannya tidak baik, ia selalu rendah hati dan sabar, mengerjakan pekerjaannya dengan sepenuh hati.

Sebuah kecelakaan menjadikan lutut depannya luka. Penampilannya tidak lagi indah, sehingga banyak pembeli yang tidak menginginkannya. Namun karena sifatnya yang baik dan menyenangkan, ia terkadang mendapatkan tuan yang baik pula.

Keberuntungan akhirnya berada di pihak Black Beauty. Di akhir kisah diceritakan Black Beauty kembali diurus oleh pemuda yang dulu pernah mengurusnya di istal Hakim Gordon. Ia tidak pernah dijual lagi. Ia hidup tenang dan bahagia di sana.

Secara tegas novel ini menolak adanya perlakuan tidak baik terhadap kuda. Banyak tokoh yang menyerukan tindakan menganiaya, memukul, dan mencaci-maki kuda bukan tindakan yang terpuji. Bahkan Anna tegas menolak kuda dijadikan ajang fashion yang ramai pada masa itu. Buntut-buntut kuda dipotong agar nampak indah, kuda dipasangi check-rein yang membuat kepala kuda itu berdiri tegak sehingga tidak bisa bergerak dengan leluasa. Kuda juga punya perasaan, dan dengan ringan Anna menceritakan kehidupan kuda dari sudut pandang kuda itu sendiri.

No comments:

Post a Comment