Saturday, November 12, 2011

Kisah-kisah Tengah Malam - Edgar Allan Poe



Membaca Kisah-kisah Tengah Malam karya Edgar Allan Poe membuat saya masuk pada teror yang tidak bisa saya bayangkan. Begitu kelam, menakutkan, tapi saya pun dibuat penasaran.

Buku ini merangkum tiga belas cerita. Namun tidak semua cerita dapat saya nikmati benar. Cerita yang paling tua ditulis pada tahun 1833 dan paling muda ditulis pada tahun 1949. Lagi-lagi saya bertemu dengan kisah klasik.

Penggambaran yang begitu detail kadang membuat saya kelabakan untuk membangun gambarannya di kepala saya. Saya begitu menikmati sampai-sampai teror itu ternyata muncul di hadapan saya. Tokoh-tokoh yang diceritakan begitu gusar, begitu gelap, dan begitu menyakitkan.

Berbeda dengan kisah-kisah horor lain yang pernah saya baca, karya Poe membuat setiap kejadian menyeramkan itu begitu tidak terbayangkan. Kebanyakan kisah-kisah dalam buku ini berkutat pada teror terhadap diri sendiri. Tokoh utama mengalami kejadian buruk sehingga secara tidak sadar menjadikan dirinya sebagai teror yang menakutkan. Tidak jarang proses pembunuhan yang tidak lazim pun menjadi gambaran yang begitu menakutkan.

Kisah-kisah yang panjang dan penuh detail, baik penggambaran ruang, karakter, dan masalah, tidak membuat akhir kisahnya mudah ditebak. Memang ada beberapa yang bisa saya tebak, tapi ada pula yang tidak saya sangka-sangka. Misalnya dalam cerita Kucing Hitam saya sudah tahu bahwa lelaki itu akan membunuh kucing kesayangannya, namun saya tidak menduga pada akhirnya ia akan tidak sengaja pula membunuh istrinya. Ia tidak merasa bersalah atau pun takut, bahkan ia mengubur tubuh istrinya di tembok ruang tanah rumahnya untuk menghilangkan jejak.

Mungkin membaca buku ini ketika tengah malam akan membuat kita semakin masuk ke dalam kisah-kisahnya. Sayangnya saya membaca buku ini ketika matahari masih di atas kepala. Bisa jadi karena saya tahu kisahnya akan menakutkan saya di malam-malam gelap saya di kamar kosan :D

No comments:

Post a Comment