Tuesday, November 20, 2012

Seorang yang Katanya Guru


Beberapa hari yang lalu, teman saya bercerita tentang masalah adiknya. Sebut saja nama adik teman saya itu Bunga. Dulu, ketika naik kelas 2 SMA ia diharuskan memilih (atau dipilihkan) jurusan, IPA atau IPS. Dilihat dari nilai akademiknya, Bunga bisa masuk IPA, Bunga menempati tiga terbesar di kelasnya. Namun sayangnya guru berpendapat lain. Bunga tidak diperbolehkan masuk IPA. Ia ditolak. Alasannya? Alasan guru ini begitu mengejutkan saya.

Bunga beragama minoritas di sekolah itu. Salah satu sekolah di Jakarta Selatan (sekali, selatan sekali). Ia ditolak masuk IPA karena di kelas IPA sudah banyak murid yang beragam minoritas. Karena sudah banyak, ia tidak bisa masuk ke kelas itu. Tentu bukan itu alasan yang diucapkan oleh guru di depan murid dan orang tuanya. Guru itu berkata bahwa Bunga pernah dipergoki sedang menyontek. Alasan itulah yang katanya menjadikan Bunga tidak bisa masuk IPA.

Teman saya geram, ketika bercerita pun ia geram. Alasan itu sungguh tidak masuk akal. Mungkinkah selama guru itu mengajar hanya adiknya saja yang pernah ketahuan menyontek? Apakah murid-murid yang lain tidak pernah mengenal contek-menyontek? Lagipula Bunga berkata bahwa ia yang dicontek, bukan ia yang menyontek.

Alasan mengenai agama itu pun baru Bunga ketahui ketika menjelang lulus. Nasi sudah basi dan murid tetap murid. Bersyukurlah Bunga tidak merasa terganggu meskipun ia harus masuk IPS. Bahkan ia menjadikan tolakan itu sebagai batu pijaknya untuk belajar lebih giat.

Cerita itu membuat saya geleng-geleng kepala berkali-kali. Saya tahu tidak semua orang yang bisa menghargai perbedaan, tapi saya tidak menyangka bahwa bahkan yang katanya seorang guru tidak bisa memandang muridnya dengan objektif. Seorang yang katanya guru (geleng-geleng kepala).

Kenapa hal-hal seperti itu seolah dijadikan mainan dan tidak serius? Apakah kehidupan orang lain bukan dinamakan kehidupan? Punya hak apa mereka melarang sesuatu karena apa yang diyakininya? Seorang yang katanya guru! Astaga!

No comments:

Post a Comment