Wednesday, August 24, 2011

Telepon Rumah


Saya selalu suka dengan telepon rumah. Telepon rumah menjadikan pembicaraan lebih bersifat personal. Bukan berarti handphone tidak personal, tapi telepon rumah dengan kabel meliuknya, menjadikan pembicaraan lebih menyenangkan.

Dulu, ketika telepon di rumah saya masih sering berdering, saya suka menunggu nama saya dipanggil jika telepon itu untuk saya. Saya suka menebak siapakah yang menelepon. Teman sayakah, atau seorang lain yang saya tunggu. Kemudian berbicara tanpa takut hubungan diputus oleh operator tiap beberapa belas menitnya.

Masa-masa itu, masa-masa sekolah, pembicaraan tidak jauh dari sekolah. Tugas, ulangan, teman, musuh, dan hal remeh-temeh lain. Janjian berpergian pun dibicarakan lewat telepon. Jam bertemu yang pasti, tempat pertemuan yang pasti, dan orang-orang yang pasti. Tidak seperti sekarang, semua via SMS. Ajak si A, ajak si B, tinggal SMS. Lalu si A mengajak si C, si B mengajak si D, tinggal SMS. Ketika jam bertemu sudah pasti, ada yang telat tinggal di-SMS. Ah, saya jadi rindu masa-masa telepon rumah dahulu.

Telepon rumah saya sendiri sudah tidak ada kabel meliuknya, dia sudah portable. Salah satu alasan mengganti kabel dengan tanpa kabel mungkin masalah efisiensi tempat. Salah seorang dari kami dapat berbicara di tempat lain yang lebih pribadi, di kamar mandi mungkin :P

Sekarang, telepon rumah saya tidak terlalu sering berkicau seperti dahulu. Nama saya pun sudah jarang disebut ketika sekalinya dia berdering. Dia sudah jarang digunakan. Dia pun diletakan di tempat yang tidak terlalu strategis. Tapi dia dengan senang hati menunggu dering-dering dan tekanan jari-jari pada tubuhnya.


No comments:

Post a Comment