Wednesday, July 25, 2012

Kita versus Korupsi



Selain kemiskinan, korupsi menjadi tema yang sering diangkat ke layar lebar Indonesia. Kali ini saya berhasil bertemu dengan film K vs K (Kita versus Korupsi) berkat nama Nicholas Saputra. Saya sedang mencari-cari film Indonesia ketika melihat selintas nama Nicholas Saputra. Karena sebelumnya saya belum pernah dengar tentang film itu, segeralah saya unduh film K vs K.

Film ini terdiri dari empat film pendek. Kalau kamu sudah pernah nonton Perempuan Punya Cerita, nah seperti itu kira-kira. Dalam satu film ini ada empat cerita dengan permasalahannya masing-masing tapi dengan tema yang sama, korupsi. Keempat film pendek yang disutradari oleh orang yang berbeda itu berjudul Rumah Perkara, Aku Padamu, Selamat Siang, Risa!, dan Psssttt... Jangan Bilang Siapa Siapa.

Pengambilan gambarnya menarik dan film ini penuh dengan warna klasik. Ah, sayang sekali kosa kata sinematrografi saya kurang. Saya jadi gemes sendiri karena gagap ingin mengutarakan apa yang di kepala saya -____-

Cerita pertama, Rumah Sengketa, berhubungan dengan lurah yang menjual tanah kampungnya kepada pengusaha real estate. Padahal ketika ia mengajukan diri menjadi lurah, ia sudah berjanji bahkan demi nama Tuhan bahwa ia akan menyejahterakan masyarakat kampungnya. Bahkan Tuhan pun dilupakan ketika lurah sudah mengenal rasanya punya uang. Rumah seorang janda merupakan rumah terakhir yang tidak bisa direbut oleh pengusaha itu. Sang janda bersikukuh tidak mau pindah. Dan ternyata, janda itu merupakan selingkuhan lurah. Ketika cara baik-baik tidak bisa, kekerasan pun dimulai. Rumah janda itu dibakar.

Cerita kedua, Aku Padamu, bercerita tentang sepasang muda-mudi yang ingin kawin lari. Nah, dalam cerita ini ada Nicholas Saputra-nya. Dia tampan! Hahahaha... Ketika sampai di KUA niat mereka tertunda karena harus membawa Kartu Keluarga, sedangkan Kartu Keluarga si pemudi ada di ayahnya yang sudah pasti tidak akan mengizinkan ia menikah. Sang pemuda berkata bahwa mereka bisa mencari jalan cepat, dengan cara membayar orang di dalam KUA, tapi pemudi berkata bahwa ia tidak mau menikah dengan cara demikian. Ketika SD, ada seorang guru honorer yang mengajarkan bahwa kejujuran itu lebih penting dari segalanya. Sayangnya guru honorer itu harus keluar dari sekolah karena tidak membayar uang sogokan agar bisa menjadi guru tetap kepada kepala sekolah, ayah sang pemudi.

Cerita ketiga, Selamat Siang, Risa!, bercerita tentang orang tua Risa ketika Risa masih kecil. Pada saat itu keluarga Risa sangat miskin. Ibunya membuka usaha menjahit dan ayahnya bekerja sebagai pegawai. Pada suatu hari, ayah Risa diajak bergabung untuk korupsi, menyewakan gudang untuk penumpukan beras ketika beras sedang langka. Tapi dengan hebatnya sang ayah menolak. Meskipun saat itu keluarganya sangat membutuhkan uang, tapi ia menolak uang yang tidak halal itu. Kesedihkan akibat kemiskinan yang tadinya melanda keluarga kecil itu akhirnya hilang. Sang istri yang mendengar pembicaraan suaminya merasa sangat bangga. Risa, tumbuh menjadi perempuan yang jujur. Ia bahkan bisa menolak sogokan yang ditawarkan di depan matanya.

Cerita ketiga, Psssttt... Jangan Bilang Siapa Siapa, berkisah tentang kasus korupsi buku pelajaran di lingkungan SMA. Pelakunya mulai dari kepala sekolah, guru, sampai murid. Bahkan ilmu pengetahuan pun dicampur-adukan dengan kejahatan. Selain itu bercerita pula tentang korupsi anak kepada ibu, ibu kepada ayah, ayah kepada atasannya. Saya rasa cerita ini begitu menyentil karena hubungannya seperti rantai makanan dan berada di kalangan para remaja.

Keempat cerita ini dirangkum dengan sederhana, tidak menyatakan dengan gamblang, dengan keras bahwa korupsi itu tidak baik, tidak benar. Melalui sudut pandang yang berbeda, dengan permainan kata-kata, saya sebagai penonton lebih menangkap ajakan-ajakan dalam film ini ketimbang misalnya tulisan-tulisan “TOLAK KORUPSI”, “TURUNKAN PRESIDEN”, dan sebagainya yang banyak saya lihat di televisi.

Kemudian pertanyaan itu datang lagi, sampai kapan perfilman Indonesia akan mengangkat masalah kemiskinan dan korupsi? Tanya kenapa #bukaniklan

No comments:

Post a Comment