Saturday, July 9, 2011

Gemerlap!

Hari ini saya membaca sebuah novel terjemahan. Novel itu berjudul Kira-Kira karya Cynthia Kadohata. "Kira-kira" dalam bahasa Jepang berarti gemerlap, mungkin seperti lampu yang gemerlap, bintang di langit malam, dan pantulan cahaya di permukaan air. Saya suka buku ini. Ringan, tidak membosankan, lucu, mengalir, dan mengajarkan sesuatu. 

Sudut pandang buku ini adalah sudut pandang seorang anak perempuan, Katie, anak Jepang yang lahir di Amerika. Ia bercerita tentang kakak perempuannya, ibunya, ayahnya, adik laki-lakinya, pamannya, bibinya, para sepupunya, kota tempat ia tumbuh, langit, kebun, udara, dan lain sebagainya. Ia bercerita tentang hidupnya. Hidupnya sebagai seorang anak dan hidupnya sebagai anggota keluarga.

Ketika saya membaca buku ini, saya ikut tertawa bersama Katie, dan ketika sedih saya pun dapat merasakan kesedihannya yang sederhana. Puncaknya, ketika kakak perempuannya, Lynn, meninggal dunia karena penyakit limfoma. Lynn tidak hanya sekadar kakak bagi Katie, ia juga seorang sahabat dan guru. Ia mengajarkan banyak hal pada Katie, seperti “ Biru langit adalah salah satu warna paling istimewa di dunia, karena warnanya pekat tapi juga transparan. Laut juga seperti itu, dan mata orang.”. Mungkin langit, laut, dan mata orang dapat disebut kira-kira.

Biru langit itu istimewa. Seperti biru sastra yang istimewa. Hehehe...

Sebagai anak kedua, anak tengah, ia pasti mendapatkan pelajaran yang lebih banyak dibandingkan kakak dan adiknya. Dari pengalaman, saya dan teman-teman saya yang anak kedua atau anak tengah, biasanya kami belajar dari kakak dan adik-adik kami. Dan itu istimewa.

Berbicara tentang keluarga, saya teringat film yang belum lama ini saya tonton, Catatan (Harian) Si Boy. Dalam film itu ada dialog yang mengatakan bahwa tidak ada keluarga di Indonesia yang utuh (yang sempurna? Saya lupa dialog aslinya seperti apa) dan hal itu juga senada dengan pembicaraan saya dengan dua orang sahabat (sebut saja Bunga dan Mawar :P). Kami kerap membahas permasalahan keluarga kami masing-masing. Kami membandingkan betapa hancurnya hubungan antar keluarga. Dan itu sudah tidak aneh di Indonesia.

Di film itu, Catatan (Harian) Si Boy, ada juga dialog yang berujar bahwa “Sahabat adalah keluarga yang dapat kita pilih.”. Rasanya tepat bagi orang-orang yang merasakan ketidakharmonisan dalam keluarganya. Ini bukan pemikiran instan yang mengharuskan orang lari dari setiap permasalahan. Saya yakin setiap pribadi bisa mengahadapi setiap masalah yang ada di keluarganya.

Saya suka Kira-kira. Buku ini tepat saya baca ketika saya sudah nyaris gila (bukan hanya masalah keluarga). Hahaha... 


Jatinangor, 8 Juli 2011

No comments:

Post a Comment