Monday, July 11, 2011

Waktu.

Kata-kata klasik ini “Setiap ada perjumpaan pasti ada perpisahan” selalu benar. Hari ini saya membantu teman membereskan barang-barangnya di kosan. Dia akan segera pergi dari kota kecil penuh kenangan ini. Ternyata sudah lima tahun kami di sini, dan dia sudah lulus, dia harus pulang.

Melihat kamarnya yang kosong saya jadi berpikir, nanti saya juga akan merasakan hal ini. Nanti ketika saya sudah siap untuk lulus dan kembali pulang. Saya tahu dia sedih, rasa sedihnya itu sampai di hati saya .Saya merasakan dia begitu kehilangan kamar kosannya. Barang-barang yang sudah dibereskan menumpuk di tengah ruang. Ruang itu sudah bukan kamar lagi. Rasanya sudah berbeda. Siapa yang tidak sedih harus pergi dari rutinitas lima tahun, dari tempat yang sudah lima tahun ini ia jejaki. Dia harus lebih dulu masuk di dunia nyata.

Saya benci perpisahan. Saya benci kondisi saat saya harus melepaskan kepergian seseorang, apalagi saya sudah terbiasa dengan keadaan yang saya jalanin bersamanya. Tapi lagi-lagi kata-kata klasik itu muncul.

Entah sudah berapa orang yang saya relakan untuk pergi dari rutinitas saya. Mereka lebih beruntung (atau mungkin sial atau mungkin biasa-biasa saja) untuk masuk ke dunia nyata, dunia pekerjaan. Mereka lebih dulu lulus dibandingkan saya. Saya pernah menghibur diri saya tentang hal itu. Saya berkata, “Saya sedang berjalan ringan bersama dengan angin. Angin itu indah. Sepoi-sepoi. Saya berjalan santai dengan mereka.”. Dan di sinilah saya, masih berkutat dengan skripsi yang tidak kunjung saya kerjakan lagi.

Kata seorang dosen, membahas puisi untuk skripsi sama saja bunuh diri. Sekarang saya merasakannya. Saya seolah-olah sedang menyayat nadi hidup saya pelan-pelan. Awalnya saya percaya saya mampu, tapi setelah terjun lebih dalam saya kehabisan nafas. Tapi apa yang telah saya mulai memang harus diselesaikan bukan? Saya hanya butuh waktu untuk menjauhkan rasa takut akan ketidaksanggupan mengerjakan skripsi itu. Saya malu. Saya sombong ketika membiarkan diri saya untuk percaya saya mampu membahas metafora-metafora itu. Saya hanya butuh waktu.

Lalu tadi adik saya bertanya, “Kapan sidang? Gw ditawarin kerjaan nih. Gw belom tau mau apa ngga. Lo mau ngga?”. Kerja? Itu dunia nyata. Saya takut dengan dunia nyata yang sebenarnya. Dan ini memang sudah saatnya saya masuk ke sana. Umur saya sudah lebih dari cukup. Keluarga saya sudah menuntut, bahkan hati kecil saya pun menyuruh-nyuruh. Ternyata sang waktu berlari di depan saya. Dia sangat cepat membawa saya masuk ke dunia nyata.

Teringat percakapan saya dengan teman-teman SMA di group BBM. Seorang teman menge-share:
            Just to remind you.
1.      Windows XP was released 10 years ago, in 2001.
2.      The New Millennium is more than a decade old.
3.      Pierce Brosnan last acted as James Bond 9 years ago.
4.      It’s been 10 years since 9/11.
5.      “The Matrix” came out 12 years ago, Keanu Reeves is 46 today.
6.      Mother Theresa and Lady Diana have been dead for 14 years.
7.      Macaulay Culkin is 30 today. “Home Alone” came out over 20 years ago.
8.      “Terminator 2” is 20 years ago. Edward Furlong who portrayed kid John Connor is 33 now.
9.      Sean Connery is 80 years old and retired.
10.  The youngest Spice Girl is 35, the oldest Backstreet Boy 39, Gwen Stefani is 41, Madonna 52.
11.  The first “Harry Potter” book came out 14 years ago.
12.  The first season of “F.R.I.E.N.D.S” was aired 17 years ago.
13.  Kids born in 1993 can legally drive, drink, and vote this year.
14.  “Jurassic Park” is older than Justin Bieber.
15.  Bryan Adams cult song “Summer of 69” was released 26 years ago.
16.  Kids whom you remenber in their diapers are now posting their pics on Facebook.
17.  Facebook has been around for 7 years.
Got it? Yes you right! We are O-L-D already dude!

Bagaimana mungkin waktu berjalan begitu cepat tapi saya tidak menyadarinya? Mungkin saya sadar tapi saya pura-pura tidak tahu.

Ketika saya membaca posting-an teman saya itu, saya sedih. Bahkan ada beberapa teman saya yang juga sedih. Kami merasa kami belum ingin dewasa dan bertambah tua. Tapi, siapakah yang bisa melawan waktu? Bahkan ketika saya mengetik ini pun, satu detik yang lalu telah menjadi sebuah kenangan yang tidak akan mungkin bisa diulang. Bahkan saya pun sebenarnya sedang berlari bersama waktu.

Semalam saya frustasi. Ini bukan kali pertama. Saya ingin sekali segera lulus dan menyadarkan diri saya bahwa sudah waktunya saya berkutat dengan dunia nyata yang sesungguhnya. Sudah seharusnya saya kerja untuk membuktikan kepada siapa pun, atau mungkin kepada diri saya sendiri, bahwa saya sudah berjalan beriringan bersama waktu. Tapi bagaimana mungkin saya bisa lulus jika saya tidak menuliskan satu huruf pun di BAB III skripsi saya? Hhh... Saya sendiri bingung menjawabnya. Ah, saya tahu seharusnya saya mengerjakannya jika saya memang ingin lulus.

Lama-lama blog ini menjadi media curhat saya. Hahaha...

They come and go. Saya harus bisa menerimanya. Toh saya nanti juga akan menjadi orang yang akan meninggalkan para teman saya di kota menyenangkan ini. Posisi saya pada saat ini akan berubah nanti. Dan saya pun akan semakin tua. Madonna akan semakin tua dan kisah seperti Harry Potter pun mungkin akan tergantikan dengan kisah-kisah yang lain.

Semua ini hanya butuh waktu. Butuh proses. Pada dasarnya kita bersama waktulah yang menentukan apa yang akan terjadi satu detik setelah kita berpikir sekarang.

                                           
                                                              Fega, Bagus, Teti, Hawi

5 comments:

  1. kau sempat melihat ruangnya sudah tak lagi berbentuk kamar?
    kau beruntung, tidak denganku
    saat itu, saat meihatnya membereskan barang, membantunya melipat tumpukan plastik, dan lain...kamar itu masih kulihat sebagai sebuah kamar saja, dengan barang yang lebih banyak sudah aman tersimpan dalam dus masing-masing.

    segalanya klasik, segalanya selalu harus kita siap hadapi dalam tiap-tiap fase hidup yang kita jalani selama hidup, kawan, fega :)

    entah, kadang ada yang menyeruak tanpa sebab, menekan, mendesak, lantas buat sesak...ah...suatu saat kawan, akan tiba waktunya buat kita juga :)

    dan apa itu tadi...membahas puisi untuk skripsi sama saja dengan bunuh diri? lalu apa jadinya aku? membahas drama yang di dalamnya banyak puisi?hahahha...dua kali bunuh diri mungkin ya...namun aku tetap hidup dalam kematian yang takteraba ini...#curcolpagi, ayo kita lanjutkan skripsi!

    ReplyDelete
  2. kamu ini ngomong opo toh, cha? hahahaha.. :P

    entah, semua serba biru sekarang. ketika bangun hari ini, tiba-tiba hati berkata, "Apakah kamu hidup dengan benar hari ini?" hmmm..

    ini komentar apa sih saya? ckckck..

    ReplyDelete
  3. kamu masih hidup karena tugasmu belum tuntas, nak....#nah ini apa lagi coba??? :D

    ReplyDelete
  4. semangat teh fee! GBO
    masih ada gw temen2 gw kakak gw keluarga gw
    nyorakin: kamu pasti bisa!

    ReplyDelete
  5. makasih yah, edooo.. iya nih. masih banyak teman dan mereka masih ngasih semangat. Alhamdullilah :)

    ReplyDelete